PENDAHULUAN
Belajar bahasa KARO tanpa mengenal pembentukan kata bahasa o-rang lain, dalam hal ini bahasa Indonesia, tak mungkin dapat belajar bahasa Karo; atau kalau belajar bahasa tanpa ada patokan untuk belajar bahasa, Anda mustahil dapat belajar bahasa. Jangan Anda belajar bahasa dengan cara melihat kamus saja. Hal ini penulis rasakan ketika mengajar bahasa Indonesia di salah satu perguruan di kota Jayapura. Oleh sebab itu, penulis berusaha mendapatkan buku Tata Bahasa Indonesia Baku oleh Anton Mulyono dkk. Buku setelah didapat, penulis pelajari dengan sungguh-sungguh berulang-kali, sehingga buku itu sebagai acuan dalam menyusun buku ini, dan juga istilah-istilah dalam buku itu yang dipakai dalam buku ‘Mari Mengenal Baha-sa Karo’ ini. Dari pengetahuan membaca buku itu, penulis berani mengata-kan, tanpa mengenal jenis kata, Anda mustahil dapat belajar bahasa Karo se-cara sempurna. Selanjutnya, ketika membuat buku yang berjudul ‘Mengenal Bahasa Karo Melalui Wacana Lagu Karo’ penulis menemui kesulitan untuk menentukan jenis kata ‘mehamat dan juah-juahen’ umpama, kembali penulis membuka buku Anton Mulyono, ternyata penulis masih mengalami kesulitan mempelajari morfem terikat, sebab dalam buku itu yang dikatakan, morfem terikat adalah……, lalu dibuat contohnya (ber-, me-, di-, ter-). Kalau dika-takan ber-, me-, di-, ter-, dikatakan morfem terikat, mengapa ada istilah pre-fiks, sufiks, infiks atau afiks? Atau apakah morfem terikat sama penger-tiannya dengan prefiks? Kemudian, penulis kembali membuka Kamus Bahasa Besar Indonesia oleh Anton Mulyono dkk, di kamus itu terdapat kata arak, elak, empas, diberi tanda ‘v’ yang artinya verba atau jenis kata kerja. Menurut penulis penentuan kata arak, elak, empas, dikatakan verba, keliru karena apabila kata itu ditambah dengan –an (arakan, elakan, empasan) kata itu menjadi nomina atau kata benda, dan dapat menduduki subjek. Dari uraian ini penulis memberanikan diri menyatakan bahwa kata hamat dan juah bahasa Karo termasuk morfem terikat, juga kata arak, elak, empas dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terikat. Jadi, morfem terikat adalah kata yang tanpa diikat dengan kata lain, atau kata itu tanpa dengan afiks (imbuhan) kata itu belum dapat dipakai. Kalau pembaca setuju dengan penulis tentang morfem terikat itu, maka pengenalan jenis kata perlu. Oleh karena itu, peme-rintah, dalam hali ini Depatemen Pendidikan keliru belajar bahasa Indonesia tanpa mengenal jenis kata, atau dengan membaca saja lalu diadakan per-tanyaan dari bacaan itu, adalah keliru. Memang ada LKS (Lembaran Kegiatan Sekolah) oleh beberapa sekolah, tetapi hanya sepintas saja tentang prefiks, sufiks, infiks. Apalagi di Indonesia terdiri dari bermacam-macam bahasa daerah/suku, maka pelajaran mengenal jenis kata (terutama kata berafiks atau berimbuhan) perlu dipelajari. Untuk mengenal bahasa Karopun kita harus mengenal pembentukan kata dan jenis kata dari bahasa Indonesia.
BAB I
JENIS KATA BERAFIKS, ADJEKTIVA, ADVERBIA, TUGAS
Yang dimaksud dengan kalimat adalah sederetan kata yang disam-paikan kepada mitra kita bicara, atau menyampaikan kata-kata melalui surat yang ditulis kepada pembaca. Deretan kata-kata itu harus disusun/ditem-patkan sesuai dengan kebutuhan kalimat, karena kalimat harus disusun se-suai dengan kata-kata yang dibutuhkan, maka oleh akhli bahasa kata-kata telah dibagi menjadi lima jenis, yaitu: nomina atau disebut juga kata benda, verba disebut kata kerja, adjektiva disebut kata sifat, dan ada disebut ad-verbia, serta Kata Tugas. Masing-masing jenis kata mempunyai kedudukan dalam kalimat; dari masing-masing jenis kata mempunyai kedudukan dalam kalimat, sehingga kalimatpun ada bagian-bagiannya, ibarat sebatang pohon, ada bagian pangkal pohon disebut subjek, bagian tengah pohon disebut predikat, dan selanjutnya ada sebutan objek, pelengkap dan keterangan. Masing-masing jenis kata harus ditempatkan sesuai pada bagian kalimat. Apabila penempatan kata-kata tidak sesuai dengan kedudukannya maka tim-bullah kalimat rancu, atau kalimat itu sukar dimengerti, bahkan menjadi kalimat lucu bagi orang yang mendengarnya, seperti kalimat-kalimat:
a. Dia pencuri buku saya.
b. Engkau harus tolong bapa.
Kedua kalimat di atas adalah kalimat rancu karena penempatan
kata tidak sesuai dengan kebutuhan, agar kalimat tidak rancu harus kita me- ngenali jenis kata. Dari mengenali jenis kata, kita dapat mengetahui di mana tempat sesungguhnya kata dalam kalimat. Memang boleh belajar bahasa tan-pa mengenali jenis kata, tetapi prosesnya lama, seperti anak yang lahir dalam keluarga, setelah beberapa tahun anak akan tahu berbahasa ibunya, dan setelah beberapa tahun kemudian anak itu akan lancar berbahasa ibunya, tetapi itupun hanya sebatas mampu berbahasa. Ia tidak tahu kekurangan orang lain bila orang itu berbahasa salah, penyebabnya ia tidak tahu jenis kata.
Untuk mengenali jenis kata kata dasar dapat dilihat dalam kanus (KBBI) yang apabila nomina dengan tanda n, verba dengan tanda v, adjektiva dengan tanda ajdv, adverbia dengan tanda adv, dan kata tugas ada bertanda p (partikel), dan lain sebagainya.
Jenis kata verba dapat diubah menjadi nomina, sebaliknya jenis kata nomina dapat pula dijadikan verba, tetapi hal itu tidak ada dalam kamus; kita harus belajar.
1.1 Nomina
Nomina yang juga disebut kata benda yang ciri-cirinya adalah:
a. dapat dipegang atau diraba, seperti: batu, hewan, kayu, air dan lain
sebagainya,
b. dapat dilihat, contohnya : cahaya, sinar dan lain-lain,
c. dapat dirasa : angin/udara,
d. dirasakan ada : Tuhan, roh, setan, jiwa, dan lain-lain.
e. fungsinya dalam kalimat aktif terutama menduduki subjek.
Berdasarkan ciri (1.1) maka saya, dia, engkau maupun sejenisnya yang dapat dipegang, tetapi tidak disebut nomina. Umpamanya kata saya, dia, engkau itu disebut pronomina, termasuk sebutan ekor untuk hewan, dan batang untuk sebutan benda yang berbentuk panjang, dan buah untuk segala buah, dan benda berbentuk bulat atau menyerupai bulat disebut butir, perha-tikanlah kumpulan kata atau frasa-frasa di bawah ini.
- lima ekor ayam,
- delapan batang pinsil,
- sepuluh buah batu,
- sembilan butir telur.
Kata ekor, batang, buah, butir pada frasa-frasa tersebut di atas adalah pronomina yang digunakan pada penghitungan benda-benda. Selain prono-mina ada pula disebut numeralia yang disebut juga kata bilangan, seperti: satu (1), lima (5), seratus (100), seperdua (1/2), dan lain sebagainya. Nu-meralia itu dapat dilihat dan itulah sebabnya numeralia termasuk kelas no-mina.
Seperti telah diungkapkan di atas, nomina fungsinya dalam kalimat menduduki subjek, dan memungkin pula menduduki objek, pelengkap, mau-pun keterangan, coba perhatikan kata-kata nomina dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Subjek
Predikat
Objek
Keterangan
Budi
duduk
di kursi.
Sapi
dilempar
dengan batu
Kayu
tumbang
di jalan.
Matahari
memancarkan
sinar.
Setan
mengganggu
Budi.
Angin
bertiup
dari timur.
Air sungai
mengalir
ke hilir.
1.1.2 Nomina Turunan (I)
Nomina, verba, dan adjektiva dari kata dasar dapat dikenali/dilihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tetapi nomina turunan dan verba turunan harus melalui pemahaman/dipelajari.
Telah dikemukakan pada bahwa jenis kata verba atau kata kerja da-pat dijadikan nomina yang disebut nomina turunan. Dan seperti apa yang telah diungkapkan pada pasal (1.e), nomina fungsinya menduduki subjek, dan untuk mempermudah mengenali nomina turunan kita bertolak dari kali-mat aktif karena pada kalimat aktif subjeknya berada sebelah kiri kalimat. Perhatikanlah kalimat- kalimat di bawah ini.
a. Orang latih kami bermain bola orang dari luar negeri.
b. Budi orang menang lomba lari 100 meter.
c. Obat ini rangsang Anda untuk makan.
Kata-kata yang berhuruf miring (latih, menang, rangsang) adalah je-nis verba, yang seharusnya dan tempatnya berada sebelah kanan subjek. Jenis verba itu (latih, menang, rangsang) setelah dirangkai dengan prefiks yang disebut juga awalan, à prefiks pe- maka kata itu sudah berubah menjadi jenis nomina yang disebut nomina turunan. Amati huruf-huruf yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini.
a.1 Pelatih kami bermain bola dari luar negeri.
b.1 Budi pemenang lomba lari 100 meter.
c.1 Obat ini perangsang Anda makan.
Kata pelatih pada baris (a.1) adalah orang, pemenang pada baris (b.1) adalah juga orang, dan pada baris (c.1) perangsang adalah obat.
Demikianlah penjelasan tentang verba menjadi nomina turunan. Adapun afiks (imbuhan) lain yang menjadikan nomina turunan adalah: - an, pe- pe - an, per- an, ke- , ke - an.
1.1.3 Sufiks - an
Jenis verba, adjektiva, maupun dari nomina itu sendiri setelah men-dapat -an maka kata itu menjadi nomina turunan yang fungsinya dalam kalimat menduduki subjek, dan tempatnya di sebelah kiri kalimat, atau sebe-lah kiri predikat.
Perlu juga diketahui bahwa dalam satu kalimat, subjek tidak sela-manya terdiri dari satu kata, tetapi terdiri dari beberapa kata, deretan kata-kata seperti itu disebut kumpulan kata atau disebut frasa. Untuk jelasnya li-hat nomina turunan pada tabel 2.
Tabel 2
Kata dasar
Subjek
Predikat
Objek/keterangan
lempar
Lemparannya
sangat jauh.
makan
Makanan kelinci
adalah
daun-daunan.
tanam
Tanaman
mati
kekeringan.
1.1.4 Prefiks pe-
Prefiks pe- adakalanya mengalami perubahan bumyi pada awal kata dasar. Perubahan itu sesungguhnya hanya untuk memudahkan pengucap-an awal kata dasar itu, lihat contoh-contohnya.
1.1.4.1 yang tetap memakai prefiks pe- adalah awal kata memakai huruf l, m, n, r, y dan w,
Tabel 3
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
lari
Amin pelari
tercepat
di sekolah kami.
mangsa
Pemangsa rusa
adalah
harimau.
rampok
Perampok
mati
kena peluru.
tari
Penari
dipuji
penonton.
yakin
Budi peyakin
meyakinkan
orang banyak.
watas
Pewatas kertas
hilang
di sekolah.
1.1.4.2 awal kata memakai a, e, i, o, u, g, dan h dipakai prefiks peng-
Tabel 4
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
amat
Pengamat ekonomi
memperkirakan
akan ada inflasi.
ekor
Pengekor Bos
menerima
hadiah.
ikut
Pengikut separatis
tertangkap
di kebun.
obral
Pengobral pakaian
beruntung
banyak.
ukir
Pengukir patung
sabar sekali.
gali
Penggali lubang
patah.
hapus
Penghapus papan
dicuri
Yudas.
1.1.4.3 awal kata memakai d, c dan j yang dipakai prefiks pen-
Tabel 5
Kata dasar
Subjek
Predikat
dengar
Pendengar radio
tertidur.
jala
Penjala ikan
terhanyut.
cinta
Pencinta alam
mendaki
gunung.
1.1.4.4 awal kata memakai s dipakai prefiks peny-, tetapi s luluh
Tabel 6
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
sakit
Penyakit malaria
telah meluas.
salur
Penyalur BBM
tidak mendapat
minyak.
1.1.4.5 awal kata p dan t yang dipakai pe-, tetapi p dan t luluh lalu masing-masing diganti dengan m dan n.
Tabel 7
Katas dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
pakai
Pemakai baju biru
adalah
Satpam.
perintah
Pemerintah giat
memberantas
korupsi.
takut
Penakut
jangan ikut.
tipu
Penipu
ditangkap
polisi.
1.1.4.6 awal kata b dan f yang dipakai pem-
Tabel 8
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
bajak
Pembajak sawah
datang
besok pagi.
fitnah
Pemfitnah
dibenci
orang.
1.1.4.7 afiks pe- dengan -an
Prefiks pe- dengan -an, khususnya untuk prefiks pe- perubahan bunyi disesuaikan dengan apa yang telah diungkapkan terdahulu.
Tabel 9
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap/Ket.
pantau
Pemantauan itu
tidak diketahui
orang.
perintah
Pemerintahan Daerah
sekarang te- gas.
tembak
Penembakan
terjadi
tadi malam.
peras
Pemerasan
selalu terjadi
di terminal
Kata setelah mendapat afiks pe- dan - an kesimpulannya adalah suatu perbuatan/kejadian, yang dilaksanakan atau akan dilaksanakan maupun baru tahap rencana tetap dipakai pe- + katar dasar+ -an, seperti kata peman-tauan, pementauan itu kata dasarnya pantau yang artinya amati, setelah kata pantau mendapat prefiks pe- à pemantau adalah orang. dan jika diberi sufiks -anà pemantauan adalah merupakan suatu perbuatan orang yang bertugas meng-amati kegiatan atau pekerjaan, yang walaupun tidak dilaksanakan atau akan dilaksanakan sudah boleh disebut pemantauan.
Tentang kata pemerintahan yang kata dasarnya perintah, dan setelah mendapat prefiks pe- à pemerintah, pemerintah adalah sistem menja-lankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Pemerintahan à perbuatan memerintah berdasarkan demokrasi; segala urusan yang dilakukan oleh pe-merintah.
Kata penembakan kata dasarnya tembak, jika pelaku tembak tidak sempat melakukan tembak, tetap memakai pe - an à Polisi tidak melakukan penembakan karena pencurinya tidak lari.
Untuk kata pemerasan kata dasarnya peras, kata peras sesungguh-nya dipergunakan untuk mengeluarkan cairan dari suatu benda, seperti mengeluarkan santan dari parutan buah kelapa, kata pemerasan dipakai pula pada orang yang melakukan meminta uang dengan paksa kepada orang lain.
1.1.4.8 afiks per- dengan -an
Kata menggunakan afiks per - an kebanyakan tidak mengalami perubahan bunyi, kecuali huruf awal memakai r; pada kata huruf awal memakai r, maka salah satu r itu hilang, lihat tabel.
Tabel 10
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
runding
Perundingan
diadakan
di Jayapura
rencana
Perencanaan itu
tidak jelas.
rampas
Perampasan jam
terjadi
di terminal.
Seperti apa yang telah dijelaskan, kata setelah mendapat per- dengan -an kata itu telah menjadi nomina turunan dan fungsinya dalam kalimat men-duduki subjek atau objek. Bila diamati prefiks per-, per- kebanyakan pen-jelmaan dari prefiks ber-
1.2 Verba
Verba disebut juga kata kerja, dan verba duduk sebelah kanan subjek pada kalimat aktif. Adapun ciri-ciri verba yaitu:
1. Mengandung makna perbuatan atau aksi, biasanya menjadi jawaban dari
pertanyaan : Apa yang dilakukan subjek? Contoh: Apa yang dilakukan
kucing? Jawabnya kemungkinan : tidur, duduk, lari à
- Kucing tidur.
- Kucing duduk.
- Kucing lari.
Kata-kata tidur, duduk, lari itulah yang dimaksud dengan verba. I-
ngat, verba menduduki predikat atau duduk sebelah kanan subjek, coba se-
selesaikan : Subjek predikat
……………. makan.
Saya ………….
Sarah ………….
……………… duduk.
2. Mengandung makna proses yang biasanya menjadi jawaban dari pertanya-
an : Apa yang terjadi pada subjek? Umpamnya: Apa yang terjadi pada po-
hon? Kemungkinannya tumbang, terbakar, patah.
- Pohon tumbang.
- Pohon terbakar.
- Pohon patah.
Kata-kata sebelah kanan adalah predikat, ingat, yang menduduki predikat
adalah verba.
1.2.1 Verba Turunan
Seperti halnya verba atau adjektiva dapat dijadikan nomina yang di-sebut nomina turunan, demikian juga halnya nomina, nomina dapat dijadikan verba yang disebut turunan, seperti: semen membatu, guru bersepatu, Adam bermotor hitam. Batu adalah jenis benda, sepatu jenis benda, motor adalah juga benda, tetapi setelah mendapat mem-, ber- kata itu berubah menjadi verba turunan.
Adapun prefiks yang menjadikan verba turunan adalah :
1.2.1.1 prefiks me-
Prefiks me- berubah menjadi prefiks mem-, meng-, men-, dan meny-:
1.2.1.1 a. Apabila awal kata memakai b dan f yang digunakan mem-,
- beli à Ayah membeli motor Honda.
- fitnah à Orang yang suka memfitnah sangat tidak suka ayah.
1.2.1.1 b. awal kata memakai a, e, i, o, u, g, dan h yang digunakan meng-,
- ambil à Budi mengambil batu di sungai.
- embek à Kambing mengembek di kebun.
- ingat à Saya susah mengingat nama panjang.
- obral à Pemilik toko mengobral baju-baju lama.
- ukur à Tukang jahit mengukur celana adik.
- garuk à Dia menggaruk kakinya yang gatal.
- hasut à Manusia penipu itu sedang menghasut orang kampung.
1.2.1.1.c awal kata memakai d dan j yang digunakan men-
- dengar à Ibu mendengar berita itu dari radio.
- jadi à Anak tetangga menjadi pelaut.
1.2.1.1 d awal kata memakai p dan t yang digunakan prefiks me-, tetapi p lu-
luh lalu diganti dengan m, demikian pula dengan t, t luluh lalu diganti dengan n,
- pakai à Adik memakai baju putih.
- tanam à Abang menanam bibit rambutan.
1.2.1.1 e Yang tetap memakai prefiks me- adalah awal kata dengan l, m, n, r,
dan y,
- lalap à Adik melalap daun sawi.
- marah à Ayah memarahi adik.
- nama à Perampokan itu menamankan dirinya Kapak Merah.
- rambat à Labu merambat dipagar.
- yakin à Ketua harus mampu meyakinkan anggota.
1.2.1.2 Prefiks ber-
Tabel 17
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
akar
Kelapa
berakar
serabut.
baju
Dewi
berbaju
putih.
atap
Rumah kami
beratap
daun rumbia.
dasi
Pendeta
berdasi
merah.
sepeda
Kami
bersepeda
ke sekolah.
telur
Ayam kami
bertelur
sepuluh.
gabung
Murid-murid kami
bergabung
dengan kelas V.
handuk
Anak saya
berhanduk
ke sungai.
Isteri
Orang
beristeri dua
susah masalah uang.
jasa
Orang itu
berjasa
bagi saya.
kelana
Orang yang selalu
berkelana
kaya pengalaman.
libur
Kami
berlibur
ke Toraja.
manfaat
Buah pisang
bermanfaat
untuk pencernaan.
nafas
Ikan
bernafas
dengan insang.
ombak
Lautan Pasifik
berombak
besar.
pagar
Rumah guru kami
berpagar
besi.
nyanyi
Murid-murid
bernyanyi
dalam kelas.
1.2.1.3 awal kata memakai r yang digunakan prefiks be- dan r pada awal kata itu luluh.
Tabel 18
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
ranting
Pohon cengkeh
beranting
banyak.
rambut
Orang sudah tua
berambut
putih.
1.2.1.4 pada kata yang suku pertama berakhir -er (kerja, serta) juga
dipakai prefiks be-, dan r-nya luluh.
Tabel 19
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
kerja
Ayah
bekerja
di kebun.
ceritera
Ibu
berceritera
Tentang Malinkundang
cermin
Kakak
becermin
selalu.
1.2.1.5 pefiks ber- berubah menjadi prefiks bel- pada kata ajar
Tabel 20
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
ajar
Murid-murid
belajar
matematika.
Kata setelah mendapat prefiks ber- pada hakekatnya artinya: mem-punyai, menggunakan, mengeluarkan, melakukan, dan sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada permulaan pasal (1.2.1) bahwa verba turunan maknanya terutama untuk menyederhanakan kalimat, mudah dimengerti, dan tidak berbelit-belit, coba bandingkan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.1 Kelapa berakar serabut.
b.1 Kami bersepeda ke sekolah.
c.1 Ayam kami bertelur sepuluh butir.
d 1 Ibu berceritera tentang Malinkundang.
Kalimat-kalimat di atas boleh saja diubah menjadi,
a.2 Kelapa mempunyai akar serabut.
b.2 Kami menggunakan sepeda ke sekolah.
c.2 Ayam kami mengeluarkan telur sepuluh butir.
d.2 Ibu melakukan ceritera tentang Malinkundag.
Kalimat-kalimat (a.2, b.2, c.2, dan d.2) adalah kalimat tidak praktis karena dengan nyata terlihat lebih panjang daripada kata-kata a.1, b.1, c.1, d.1 (mempunyai akar, menggunakan sepeda, mengeluarkan telur dan mela-kukan ceritera) di atas, apalagi bila disusun menjadi sebuah naskah, naskah itu akan panjang kalimat-kalimatnya dan akan susah dimengerti karena kata-katanya diulang-ulang dan berbelit-belit.
1.2.2.1 prefiks ter-
Prefiks ter- berbeda dengan verba turunan dari berprefik me-, ber-, dan di-. verba turunan itu yang berasal dari me-, ber-, di-, digunakan kebanyakan pada jenis kata nomina, sedangkan prefiks ter- digunakan pada jenis verba dan dari jenis adjektiva. Adapun kata dirangkai dengan prefiks ter- maknanya adalah untuk à menjadi, perbuatan yang tak sengaja, dapat/mampu dan paling.
1.2.2.2 Prefik ter- bermakna à menjadi
Tabel 21
Kata dasar
Subjek
Predikat
Keterangan
tanam
Nasihat ibu
tertanam
di hatiku.
buai
Nona itu
terbuai
rayuan Budi.
Tertanam dan terbuai dalam kalimat yang terdapat pada tabel 21 artinya menjadi, menjadi tertanam dalam hati, atau menjadi terbuai atas rayuan Budi.
1.2.2.3 prefik ter- menyatakan perbuatan tak sengaja
Tabel 22
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
bawa
Bukumu
terbawa
olehku.
senggol
Adikmu
tersenggol
adikku.
sayat
Jari telunjukku
tersayat
sembilu.
1.2.2.4 prefiks ter- yang menyatakan dapat
Tabel 23 (a)
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
angkat
Beras 50 kg
terangkat
oleh isteriku
dengar
Cicit halus anak tikus
terdengar
oleh kucing.
cium
Perbuatan jahatmu
akan tercium
polisi.
Prefiks ter- pada pasal 1.2.1.4 dengan ter- pada pasal 1.2.1.5. adakalanya maknanya sama, tetapi ada kalanya berbeda, tergantung pada kata apa melekatnya.
1.2.2.5 prefiks ter- yang menyatakan mampu
Tabel 24 (b)
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
gigit
Buah pinang tua
Tergigit
oleh kakekku.
daki
Jalan bertebing
Terdaki
anak-anak pedalaman.
bayar
Utang sebanyak itu
Terbayar
Budi.
1.2.2.6 prefiks ter- yang menyatakan paling
Tabel 25 (c)
Kata dasar
Subjek
Predikat
Pelengkap
dingin
Distrik Ilaga
terdingin
di Indonesia.
tinggi
Puncak Jaya
tertinggi
di Indonesia.
cantik
Esther
tercantik
di kelasku.
catatan:
1. Prefiks ter- berubah maknanya
Kata setelah mendapat prefiks ter- dapat saja berubah maknanya, umpamanya (lihat kalimat-kalimat di atas, 1.2.2.5.) pada kalimat-kalimat (a) kata memakai prefiks ter- maknanya dapat, tetapi pada kata yang sama dalam kalimat-kalimat (b) setelah mendapat ter- maknanya mampu, dan dengan kata yang sama pula pada kalimat-kalimat (c), setelah diberi prefiks ter- maknanya paling.
Demikian pula pada kata-kata lain, setelah mendapat prefiks ter- kata itu berubah maknanya, contoh-contohnya:
d. Barang dagangan Ani sudah habis terjual.
e. Baju yang sudah kupilih itu terjual oleh pemilik toko.
f. Pangkal pohon pinang tua itu terbelah oleh kakek.
Pada kalimat (d) dalam perdagangan Ani, barang dagangannya belum pasti habis terjual atau tidak, ternyata habis, maka dikatakan barangnya ter-jual, artinya menjadi dapat dijual. Pada kalimat (e), seseorang telah memilih baju dan telah membayarnya, tetapi karena sesuatu hal baju itu belum dibawa dan ia menitipkannya pada punya toko itu. Karena sibuknya, pemilik toko tidak memperhatikannya baju yang sudah dipilih itu ikut terjualnya bersama baju lain, peristiwa ini bukan disengaja pemilik toko, tak disengaja itu disebut juga terjual. Pada kalimat (f) bahwa pangkal pohon pinang tua sangat keras bila dibanding dengan ujungnya, ternyata kakek mampu membelahnya, peris-tiwa ini disebut terbelah oleh kakek. Dari penjelasan di atas prefiks ter- mak-nanya dapat berubah-ubah.
2. Prefiks ter- dari verba jangan dicampur dengan adjektiva (kata sifat), sebab maknanya telah berubah, contoh: Tuhan terlalu baik. Bandingkan dengan kalimat (tentang galah), galah ini terlalu panjang, berarti galah itu tidak dapat dipakai karena terlalu panjang, galah itu harus dipotong, supaya pas.
Tuhan terlalu baik à terlalu harus dengan sangat, amat, atau sekali à Tuhan amat baik, Tuhan sangat baik, atau Tuhan baik sekali.
1.2.2.7 Prefiks di-
Prefiks di- pada kata dasar manapun umumnya tidak mengalami perubahan bunyi, seperti pada kalimat-kalimat di bawah ini:
a. Biaya pernikahan John akan dibantu atasannya.
b. Rumah di tepi pantai akan diterjang ombak besar.
c. Lapangan terbang yang baru selesai itu akan didarati pesawat Merpati.
d. Rumah tetangga kami ditimpa tanah longsor.
e. Si miskin harus dibantu.
Manfaat prefik di- selain membentuk verba turunan, juga dapat me-rubah kalimat dari aktif menjadi kalimat pasif, yang akan dibicarakan kemu-dian.
Dalam menggunakan prefiks di- sering dilupakan karena terburu-buru, umpamanya, Motor yang kau pinjam perbaiki. Kata mendapat prefiks pe- (per-) umumnya mendjadikan kata jenis nomina, tetapi apabila ditambah di- pada perbaiki à di-per- baiki (diperbaiki , prefiks ganda, salahkah? Kalau tidak salah, berarti kata perbaiki, sebenarnya salah.
1.2.3 Nomina Turunan (II)
Kata bersama dan terbelakang dapat diubah menjadi nomina turun- an dengan cara menambahkan prefiks (prefiks ganda), perhatikan uraian-urai-an pada kalimat di bawah ini!
1.a Penduduk bersama Pak Lurah bermusyawarah untuk mengamankan kam-
pung.
1.b Penduduk kampung A terbelakang dibanding dengan penduduk kampung
B.
Kalimat 1.a di dalamnya terdapat kata bersama, dan pada kalimat 1.b ada kata terbelakang. Kata bersama dan terbelakang dapat dijadikan nomina turunan dengan memakai prefiks ke-, seperti contoh kalimat-kalimat di bawah ini!
1.c Kebersamaan penduduk kampung dengan Pak Lurah dalam mengaman-
kan mengamankan kampung sangat diperlukan.
1.d Keterbelakangan kampung A karena tempatnya jauh di balik gunung.
1.3 Adjektiva
Adjektiva yang juga disebut kata sifat, dan sesuai dengan hukum Ba-hasa Indonesia, yaitu hukum DM (Diterangkan Menerangkan) posisi adjek-tiva umumnya berada di belakang kata nomina, hewan, dan orang, dan tugas adjektiva memang untuk mengungkapkan/menjelaskan keberadaan nomina, à orang, hewan, atau benda. Jenis kata adjektiva pada orang mudah dike-nali, karena seperti telah diungkapkan, bahwa adjektiva mengungkapkan/ menjelaskan sifat manusia atau disebut juga adjektiva sehingga dari kata-kata orang nakal, Yudas jahat, nona sombong, orang tahu bahwa kata-kata nakal, jahat, dan sombong itu adalahlah jenis kata sifat atau adjektiva.
Frase nona sombong dapat diubah dengan nona cantik, jadi, cantik telah mengungkapkan keberadaan nona (orang). Kata cantik dapat pula ditujukan pada cangkir, baju, arloji, dan lain sebagainya. Cangkir itu dikatakan cantik mungkin karena warnanya, warna merah. Dengan demikian merah juga termasuk jenis kata adjektiva.
Kembali kepada pokok permasalahan (akjektiva),à adjektiva meng-ungkapkan/menjelaskan keberadaan orang, hewan, atau benda, maka kata-kata hitam, keras, lembek, marah, takut, berani dan lain sebagainya dapat mengungkapkan keberadaan (orang, hewan, benda), seperti à batu hitam, besi keras, tanah lembek, orang marah, Budi takut, dombaku berani.
Peran jenis kata adjektiva pada kalimat dapat menduduki predikat, seperti kalimat-kalimat di bawah ini:
1. Mobilku warna hitam.
2. Nasi itu lembek .
3. Budi takut kepada guru.
4. Ibu guru marah karena ulah anak-anak.
1.4 Adverbia
Jenis kata adverbia dipakai untuk memberi keterangan pada jenis ka-ta verba,dan adjektiva, contohnya lihat kata-kata yang bertuliskan miring pada kalimat-kalimat di bawah ini..
1.4.1 Kami belum makan. à makan jenis kata verba,
1.4.2 Pak Bupati sudah datang. à datang jenis kata verba,
1.4.3 Tiang itu tiba-tiba jatuh. à jatuh jenis kata verba,
1.4.4 Dedaunan pada musim penghujan sangat hijau. à hijau jenis adjektiva,
1.4.5 Anak tetangga sangat nakal. à nakal jenis kata adjektiva,
1.4.6 Buah mangga Budi amat banyak. à banyak jenis kata adjektiva,
1.4.7 Tulisan Budi tidak terang. à terang jenis kata adjektiva,
1.4.8 Berita itu amat benar. à benar jenis kata adjektiva,
1.4.9 Calon suami nona itu sangat muda.à muda jenis kata adjektiva.
Jenis kata adverbia ada dari kata dasar, dan ada dalam bentuk kata ulang, kata dasar diulang ditambah dengan sufiks – an, kata dasar diawali dengan prefiks se- dan diakhiri dengan –nya, kata dasar diulang ditambah afiks se – nya, contoh-contohnya:
1.4.10 mengulang kata dasar
diam (verba) à Ia diam-diam mengerjakan PR-nya.
lari (verba) à Ibu lari-lari pergi ke kios membeli gula karena ada tamu.
1.4.11 mengulang kata dasar dengan ditambah sufiks -an
mati (verba) à Rakyat mati-matian membela tanah air.
gila (adjektiva) à Sekarang ini orang gila-gilaan membeli motor Honda.
habis (adjektiva) à Orangtua itu habis-habisan mengobati sakit kanker anaknya.
1.4.12 kata dasar diawali dengan se- kemudian ditambah sufiks –nya
lekas (adjektiva) à Engkau selekasnya pulang.
baik (adjektiva) à Orang sakit sebaiknya istirahat.
sungguh (adjektiva) à Sesungguhnya merokok itu tidak baik.
1.4.13 kata dasar diulang yang disertai afiks se - nya
kuat (adjektiva) à Kita harus sekuat-kuatnya mempertahankan proklamasi 1945.
dalam (adjektiva) à Batin saya sedalam-dalamnya turut berdukacita.
puas (adjektiva) à Kami mandi sepuas-puasnya di sungai.
1.5 Kata Tugas
Kata Tugas mempunyai arti apabila ada kata lain menyertainya; kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu sendiri. Tidak seperti jenis kata nomina, nomina pisang umpamanya, orang tahu bahwa pisang boleh dimakan. Demi-kian pula dengan jenis kata verba, lari umpamanya, apabila ada anak yang dekat kita, kita katakan lari, pasti anak itu tahu tujuan sebutan lari itu, bahkan mungkin ia lari. Sedangkan kata tugas, umpamanya menyebut ke atau dan, orang yang mendengarnya akan bingung karena tidak tahu apa tujuan ke atau dan itu, kecuali kata ke dirangkai dengan kata pasar àke pasar, orang akan tahu maknanya ke pasar. Demikian pula dengan kata dan, menyebut dan saja tentu orang yang mendengarnya bingung, tetapi jika dan itu dirangkai dengan abang à abang dan adik, jelas sudah tahu maknanya.
Kata Tugas berdasarkan perannya dalam frasa (kumpulan kata) atau kalimat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1. kelompok preposisi, 2. kon-jungsi, 3. interjeksi, 4. artikel, 5. kelompok partikel.
1.5.1 Preposisi
Preposisi biasa juga disebut kata depan yang posisinya dalam frasa atau kata berada di depan unsur yang mengikutinya, seperti à nomina, verba, adjektiva, atau di depan kumpulan kata (frasa). Dan preposisi itu ada terdiri atas satu kata saja, ada dibentuk dengan kata yang dirangkai dengan afiks, ataupun dibentuk dengan menggabungkan dua kata/lebih.
1.5.1.1 preposisi yang dibentuk atas satu kata
Perhatikan preposisi yang bertuliskan miring pada kalimat-kalimt di bawah ini.
untuk à Surat ini untuk Anda.
buat à Daun ganemo ini buat sayur.
bagi à Bagi orang yang sudah candu alkohol pribadinya labil.
guna à Guna belajar adalah untuk pandai.
dari à Berita itu saya tahu dari Musa.
dengan à Budi dengan Musa sama-sama satu kelas.
di à Kunci itu ada di dalam laci meja.
karena à Karena malas belajar akibanya ia tidak naik kelas.
sebab à Orang itu jatuh sebab sudah mabuk.
ke à Anakku sudah berangkat ke Yogyakarta.
oleh à Kami dibantu oleh polisi.
pada à Tas adik digantung pada paku.
tentang à Berita itu tentang sakit neneknya.
sejak à Sejak minggu lalu ia tak pernah muncul.
Prefiks di- dan ke- dengan preposisi di dan ke posisinya tidak sama. Prefiks di- dan ke- masing-masing membentuk verba turunan dan membentuk nomina turunan, prefiks dirangkai dengan kata di depannya, sedangkan untuk preposisi di dan ke dipisah dengan kata di depannya, contohnya:
Prefik di- à dipukul, dimakan, dan prefiks ke- à kekasih, ketua. Sedangkan peposisi dipisah à di jalan, di tempat, dan preposisi ke à ke kebun, ke kota.
1.5.1.2 preposisi dibentuk dengan satu afiks
Perhatikan preposisi berafiks tuliskan miring pada kalimat-kalimat di bawah ini.
bersama à Ayah pergi ke pesta bersama adik saya.
menjelang à Kami tiba menjelang malam.
bagaikan à Suami isteri kompak bagaikan telapak kaki berjalan dengan sendal.
terhadap à Sekarang tindakan tegas jaksa terhadap koruptor tidak ada lagi ampun
mengenai à Besok mereka berapat mengenai panitia penyambutan Bupati..
sepanjang à Jalan sepanjang lima kilometer sedang diperbaiki.
selama à Tidak berbuat jahat selama itu pula kamu tidak akan ditangkap polisi.
sekitar à Harus disemprot anti flu burung sekitar radius tiga kilometer.
sekeliling à Kami memagari kawat duri sekeliling kebun.
menuju à Ketika kami menuju tikungan tajam itu mobil kami terguling.
menurut à Menurut siaran RRI kemarin terjadi gempa bumi di Halmahera.
Kata-kata berafiks yang terdapat pada lajur kiri itu bukanlah jenis kata verba, coba cari predikat dari kalimat-kalimat pada pasal 1.5.1.2 ini agar penalaranmu tentang preposisi berafiks lebih sempurna. Ingat, predikat ber-asal dari verba/verba turunan dan adjektiva.
1.5.1.3 preposisi yang dibentuk dengan dua kata atau lebih
Perhatikan preposisi yang terdiri dua kata yang bertuliskan miring pada kalimat-kalimat di bawah ini.
daripada à Lebih baik engkau belajar daripada menghayal.
oleh karena à Oleh karena perbuatanmu jelek nama keluarga.
sampai dengan/ke à Sampai dengan detik ini tiada berita dari adikku.
à Sampai ke mana batas tanah yang akan dibeli itu.
selain dari à Tidak ada tempat curahan hatiku selain dari omku.
1.5.2 Konjungsi
Konjungsi yang biasa juga disebut kata sambung tugasnya meng-hubungkan dua kata, frasa, klausa, dan dua kalimat atau lebih. Yang dimak-sud dengan klausa yaitu kelompok kata yang sekurang-kurangnya di dalam-nya terdapat satu subjek dan satu predikat, dan klausa berpeluang membentuk kalimat, contohnya à Musa sedang membaca koran (klausa 1), adiknya sibuk membuat gambar (klausa 2). Dalam kalimat Musa sedang membaca koran (klausa 1), Musa adalah subjek, dan membaca merupakan predikat. Dan pada adiknya sibuk membuat gambar (klausa 2), adiknya sebagai subjek, dan sibuk membuat adalah predikat. Apabila (klausa 1) diakhiri dengan tanda titikà Musa sedang membaca koran. Maka klausa itu sudah menjadi kalimat. Demikian pula dengan (klausa 2) adiknya sibuk membuat gambar, jika diakhiri tanda dengan titik maka klausa itu pun sudah menjadi satu kalimat. (klausa 1) Musa ………..dengan (klausa 2) adiknya ……….. dapat dijadikan satu kalimat, dengan cara diberi tanda konjungsi dan à Musa sedang membaca koran dan adiknya sibuk membuat gambar. Konjungsi gunanya adalah menyederhanakan kalimat dan mudah memahaminya, seperti kalimat: Musa sedang membaca koran dan adiknya sibuk membuat gambar, boleh saja kalimat itu dipenggal menjadi dua àMusa sedang membaca koran, (lalu jeda sejenak) dengan memberi tanda koma, kemudian dilanjutkan lagi. Adiknya sibuk membuat gambar, kalimat seperti itu tidak efisien. Dan kalau kalimat penggalan itu dibaca sekali gus, tanpa ada kata sambung, itu juga kurang baik.
Contoh lain:
Saya mau datang ke rumahmu. Hujan datang saya tidak datang. Kalimat seperti itu tidak efisien, tetapi apabila diberi konjungsi kalau à Saya datang ke rumahmu kalau hujan tidak datang. Dengan diberi konjungsi kalau pada kalimat itu maka muncullah kalimat sederhana.
Dikatakan bahwa konjungsi menghubungkan dua klausa atau lebih, tetapi konjungsi dapat pula menjadi preposisi, seperti :
Budi dan Amin besok datang à dan pada kalimat itu, sebagai preposisi, te-tapi dan itu dapat pula sebagai konjungsi à Budi dan Amin besok datang, merupakan satu klausa, adiknya juga ikut datang adalah juga klausa. Kedua klausa itu dapat dijadikan satu kalimat, dengan cara menyisipkan konjungsi dan à Budi dan Amin besok datang dan adiknya juga ikut datang.
Hidup atau mati, saya akan pergi malam ini ke rumah Santi. Per-hatikan kata atau pada kalimat itu, à atau adalah preposisi, preposisi atau itu dapat berubah menjadi konjungsi, seperti kalimat à Mau mengikut aku atau kita akhiri hubungan cinta kita. Dilihat dari perilaku kalimatnya, konjungsi dibagi lima kelompok, yaitu : 1. kelompok konjungsi koordinatif, 2. konjungsi subordinatif, 3. konjungsi korelatif, 4. konjungsi antarkalimat, 5. kelompok konjungsi antarparagraf.
1.5.2.1 konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status yang sama. Berdasarkan anggota dari kelompok itu, konjungsi koordinatif dapat dibagi tiga, yaitu menandai hubungan penambahan diberi konjungsi dan, menandai hubungan pemilihan ditambah konjungsi atau, dan menandai hubungan perlawanan diberi konjungsi tetapi, contoh-cntohnya:
1.5.2.1 menandai hubungan penambahan/diberi dan,
- Ayah tertawa dan ibu juga ikut tertawa.
- Kepala Sekolah sudah datang dan ia segera membuat daftar hadir.
- Kami mengundang Bapa dan Ibu juga kami undang.
1.5.2.2 menandai hubungan pemilihan dipakai atau,
- Saya jemput atau engkau datang ke rumahku.
- Engkau pilih baju biru atau pilihanmu warna putih.
- Anak itu mau sekolah atau tidak mau sekolah lagi.
1.5.2.3 menandai hubungan perlawanan diberi tetapi,
- Budi itu pandai, tetapi ia malas belajar.
- Temanku itu mau datang, tetapi ia agak pemalu.
- Abangku kuat, tetapi ia pilih-pilih kerja.
1.5.2.4 konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, dan klausa itu tidak memiliki status kalimat yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Dan konjungsi sub-ordinatif dibagi dalam sepuluh kelompok kecil, contoh-contohnya:
1.5.2.5 konjungsi subordinatif waktu
- Kami tidak kembali sesudah libur nanti
- Jangan memakan obat sebelum perut diisi sesuatu.
- Jangan banyak bicara ketika kita makan.
- Tidak boleh berceritera sementara sopir menyetir.
- Pengemis itu meminta-minta sambil memegang-megang kaki puntungnya.
- Ibu itu bertambah gemuk setelah setahun melahirkan.
- Amin tak tahan menahan luapan hatinya sehabis melihat hasil ujian.
- Budi sudah terbiasa bangun pagi sejak ibunya menyiram air waktu tidur.
- Pengantin baru itu segera berangkat berbulanmadu ke Hawai begitu
Dinyatakan upacara selesai.
- Penyakitnya kambuh tatkala bulan tua tiba.
Sewaktu, selagi, sehingga, dan sampai juga termasuk konjungsi subordinatif, coba buat kalimat dari konjungsi subordinatif tersebut.
1.5.2.7 konjungsi subordinatif syarat
- Akan kubayar utang itu jika orang itu datang.
- Takkan berkudis asalkan engkau rajin mandi.
- Aku terkenang pacarku manakala terang bulan bersinar.
- Nyamuk akan banyak bila musim hujan tiba.
- Utangnya terhapus jikalau sebagian tugas dibantunya.
- Nyamuk musnah kalau musim kemarau tiba.
1.5.2.8 konjungsi subordinatif pengandaian
- Andaikan Naomi mau kawin dengan aku akan kubawa Naomi ke Hongkong.
- Pasti engkau melihat gadis itu sekiranya engkau cepat datang
- Nona itu pasti mau bersamaku seandainya ada mobilku.
1.5.2.9 konjungsi subordinatif tujuan
- Rajin belajar agar engkau selesai tepat waktunya.
- Digoyang dahan itu supaya buah berjatuhan.
- Saya beri hadiah biar gadis itu jatuh cinta padaku.
1.5.2.10 konnjungsi subordinatif konsesif
- Biasanya Rudi tetap datang biarpun hujan deras.
- Rudi tetap mabuk-mabukan meskipun sudah pernah dimasukkan polisi ke
sel.
- Ia tetap berkekurangan sungguhpun ia bergaji besar.
- Saya tetap menagih utangnya sekalipun orangtuanya meminta maaf.
1.5.2.11 konjungsi subordinatif pemiripan
- Sebenarnya perbuatannya diketahui banyak orang, tetapi tingkahnya
seakan-akan tidak diketahui orang.
- Yus langsung ikut berbincang-bincang seolah-olah ia tahu masalahnya.
- Sepeda itu dikembalikan sebagaimana engkau pinjam.
- Bajuku itu harus diganti seperti warna baju yang hilang itu.
- Sentosa duduk di kursi pesakitan sebagai terdakwa pemerkosaan.
- Laksana bulan purnama di ufuk timur cantiknya gadis itu.
1.5.2.12 konjungsi subordinatif penyebaban
- Anak itu menangis sebab ia ditinggal ibunya.
- Motornya ditarik kembali karena ia terlambat menyetor cicilan.
- Dikeroyok orang oleh karena ia sangat kuat.
1.5.2.13 konjungsi subordinatif pengakibatan
- Kami berbincang-bincang hingga tidak sadar larut malam.
- Orang itu sudah lanjut usia sehingga ia sudah pikun.
- Kami kursus sampai pukul delapan malam.
- Ia tekun belajar sampai-sampai ia lupa jam makan.
- Karena salah tanggap maka terjadilah perdebatan.
- Jahitan baju itu robek makanya setiap membeli harus diteliti.
1.5.2.14 konjungsi subordinatif penjelasan
- Ia mengatakan bahwa, ia belum mengerti.
1.5.2.15 konjungsi subordinatif cara
- Batu keras supaya mudah pecah dipukul dengan martil lima kilogram.
1.5.2.16 konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa, dan kedua unsur itu memiliki status yang sama, contoh-contohnya:
- baik ..…maupun à Di sekolah umum baik laki-laki maupun perempuan
belajar dalam satu ruangan.
- tidak hanya …… tetapi …… juga à Yudas tidak hanya suka mabuk, tetapi
ia suka berjudi juga.
- demikian ……. sehingga à Motornya digasnya demikian rupa sehingga
menimbulkan suara bising.
- apakah ……. atau à Apakah ini yang dinamakan klengkeng atau duku?
- entah ………entah à Berita itu entah benar entah tidak saya akan pulang
ke kampung.
1.5.2.17 konjungsi antarkalimat
Adakalanya kalimat sudah selayaknya diakhiri karena telah memenuhi syarat, sudah ada subjek dan predikatnya. Tetapi kalimat itu perlu ditambah de-ngan kalimat baru, karena kalimat itu rasanya belum selesai jika tidak disertai kalimat berikutnya. Untuk menghubungkan kalimat awal dengan kalimat beri-kutnya itu perlu ada kata penghubung, yang disebut konjungsi antarkalimat, selidikilah dan pahami konjungsi antarkalimat pada kalimat-kalimat di bawah ini.
sesudah itu à Mereka berbelanja ke pasar Sentral. Sesudah itu mereka pergi ke Rumah Sakit.
biarpun begitu à Saya tidak sependapat dengan Ketua. Biarpun begitu saya tidak akan menghalanginya.
selain itu à Budi seorang yang baik. Selain itu ia juga orang dermawan.
bahkan à Musa sudah tahu gelagat pencopet. Bahkan ia sudah mengantisi-
pasinya.
sebaliknya à Pencopet itu tidak mengindahkan tembakan peringatan polisi. Sebaliknya ia menyerang polisi.
akan tetapi à Hari memang cerah. Akan tetapi perlu dibawa payung.
1.5.2.18 konjungsi antarparagraf
Yang dimaksud dengan paragraf atau alinea adalah bagian bab dalam suatu karangan. Seperti membuat suatu ceritera atau suatu karangan, yang dimulai dengan huruf kapital, kemudian disusul dengan uraian-uraian dalam bentuk beberapa kalimat yang diakhiri dengan titik, jadilah paragraf. Selanjutnya ada lagi paragraf berikut, dan antara kedua paragraf itu perlu kata sambung yang disebut konjungsi antarpara-graf.
Adapun konjungsi atarparagraf adalah: Adapun, Akan hal, Mengenai, dan Dalam pada itu. Dalam buku-buku pujangga lama ada terdapat konjungsi antarpargraf à Arakian, Alkisah, Sebermula, dan Syahdan, tetapi semua kata-kata itu sekarang tidak dipakai lagi.
1.6 Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan hati manusia yang ditujukan kepada manusia lain yang bernada negatif, positif, kehe-ranan, dan bernada netral atau campuran, contoh seperti di bawah ini :
1.6.1 Yang bermakna negatif
- cih à Cih, suka mabuk-mabukan coba dekati saya ?
- cis à Cis, tak berpendidikan saja.
- sialan à Sialan, sekali inipun saya tak berhasil untuk CNPS.
- ih à Ih, tidak tahu diri, mau ikut saya?
.
1.6.2 Yang bernada positif
- aduhai à Aduhai, cantiknya nona itu.
- syukur à Syukur, Tuhan masih melindungi kami.
- asyik à Asyik, kita berdarmawisata besok Cagar Alam.
- amboi, Amboi, indah sekali pantai Base Pantaicermin itu.
1.6.3 Yang bernada keheranan
- ai à Ai, bagaimana teman itu.
- lo à Lo, bukankah si Ari itu temanmu?
- masyaallah à Masyaallah, pamanmu setua itu mau kawin lagi?
1.6.4 Yang bernada netral atau campuran
- wah à Wah, bukan main, engkau juara main catur.
- aduh à Aduh….., aku sakit gigiku.
- hei à Hei, mau ke mana engkau.
- ah à Ah, jangan ganggu aku.
- astaga à Astaga, anak besar itu memukul anak kecil?
- aduh, à Aduh, sakit sekali bisulku.
- halo à Halo, saya Budi, Mila adakah?
- hem à Hem, jangan lempar mangga itu.
- ayo à Ayo, mari kita main bola.
1.7 Artikel
`Kata artikel pengertiannya ada beberapa macam, salah satu di antaranya, artikel yang ditujukan kepada seseorang, jamak yang bersifat negatif maupun positif, di antaranya: si, sang, dan hang, dan jamak adalah para.
1.7.1 Yang mengandung positif
- Si jago bola sudah datang.
- Sang penakluk Puncak Jaya menerima Piagam Penghargaan.
- Para atlit PON besok mendapat pengarahan dari Ketua Koni.
1.7.2 Yang mengandung negatif
- Si penipu bicaranya enak didengar.
- Kita harus hati-hati atas kedatangan si tangan panjang.
- Sang perampok itu masuk dalam kerangkeng polisi.
- Para pecandu Narkoba hidupnya akan merana.
Artikel hang sekarang ini tidak popular. Kata hang hanya ada dalam legenda, seperti: Hang Tuah, Hang Jebat, dan Hang Lekir, yang ceriteranya melawan musuh di lautan sekitar Kepulauan Riau.
1.8 Partikel
Partikel mempunyai dua pengertian yaitu:1. unsur, butir, benda, atau bagian benda yang sangat kecil, 2. Sebuah kata yang biasanya tidak mengalami perubahan bentuk, ada pula melekat pada kata lain, seperti:
-kah à Siapakah yang mau mendahului pengadaan dana?
-lah à Janganlah Anda mengandal orang kuat.
-pun à Walaupun memberikan uang banyak Anda tak mungkin lulus kalau nilai ujian Anda tak memenuhi syarat.
Partikel pun dipisah dengan kata lain, dan apabila pun itu keduduk-annya sama dengan juga, à Anak-anak pun dapat berbuat seperti itu. Anak-anak juga dapat berbuat seperti itu.
à Para buruh setuju dan majikan pun setuju dengan perjanjian itu.
Para buruh setuju dan majikan juga setuju dengan perjanjian itu.
Partikel lepas untuk pronomina di antaranya,
- berapa à Harga baju ini berapa rupiah ?
- apa à Engkau datang ke sini maksud apa?
- asal à Asal anak itu dari mana ?
- begitu à Begitu, kalau korupsi engkau dipenjara
II. K A L I M A T
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang-we-nang dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk mela-hirkan perasaan dan pikiran, yang dituangkan melalui kalimat. Yang dimak-sud dengan kalimat adalah sederetan kata-kata yang disusun sesuai dengan kebutuhan kalimat. Untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kebu-tuhan kalimat maka para ahli bahasa membagi kata-kata menjadi 5 jenis, yaitu: nomina, verba, adjektva, adverbia, dan kata tugas. Masing-masing jenis kata mem-punyai kedudukan dalam kalimat, tidak sembarangan menempat kata. Con-tohnya kata-kata à kucing kambing ayam kuda batu ataupun tidur lari terbang makan keras, masing-masing kedua kelompok kata-kata itu tidak jelas mak-sudnya, tetapi sesudah kata kucing digabung dengan tidur à kucing tidur, kita sudah mengerti maksud kelompok kata itu. Demikian pula kata kambing de-ngan lari à kambing lari, ataupun ayam terbang, maupun kuda makan, gabungan kata-kata itu sudah dapat dimengerti.
2.1 Bagian Kalimat
Seiring dengan kata-kata yang dibutuhkan dalam kalimat, maka ada bagian subjek, predikat, objek, pelengkap dan bagian keterangan dalam kali-mat, seperti yang diuraikan di bawah ini.
2.1.1 Subjek
Yang dimaksud dengan subjek dalam ilmu bahasa adalah pokok kalimat yang berasal dari jenis kata nomina, pronomina, dan numeralia, yang menjadi pelaku pada kalimat aktif, sumber berita pada kalimat berita, dan tujuan pada kalimat pasif, contoh:
2.1.1.1 dari kalimat aktif transitif,
- Budi membeli buku. à Budi adalah pelaku beli.
- Elang menyambar ular. à Elang adalah pelaku sambar.
- Guru memarahi murid-muridnya. à Guru adalah pelaku marah.
2.1.1.2 dari kalimat berita,
- Hutan terbakar akibat puntung rokok. à Hutan yang diberitakan.
- Pembunuhan terjadi kemarin sore. à Pembunuhan bahan berita.
- Gempa menewaskan dua ratus orang, à Gempa sumber berita.
2.1.1.3 dari kalimat pasif,
- Roti dimakan ibu, à Roti tujuan untuk dimakan.
- Bibit mangga ditanam ayah di kebun, à Bibit mangga untuk ditanam.
- Daging ayam dipanggang koki restoran, à Daging ayam buat dipanggang.
2.2 Predikat
Kata predikat ada beberapa pengertian, di antaranya mengenai gelar, umpamanya, Budi sekarang sudah bepredikat Sarjana Hukum. John sudah bepredikat dokter. Sebutan untuk jabatan juga boleh dipakai kata predikat.
Khusus untuk ilmu bahasa predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang akan dilakukan subjek, atau apa yang akan dibicarakan subjek. Dan predikat itu ada berasal dari jenis kata verba, dan ada pula dari jenis kata adjektiva, contoh:
2.2.1 yang dilakukan
- Ratna makan roti. à predikatnya adalah makan à makan dilakukan Ratna.
- Kucing tidur di dapur à predikatnya adalah tidur à tidur dilakukan
kucing.
- Gempa menggoyang kampung à predikatnya menggoyang à membuat
goyang kampung.
2.2.2 yang dibicarakan
- Rumah Budi besar di kota,à predikatnya besar à membicarakan
masalah keadaan rumah Budi.
- Rumput hijau baik untuk makanan sapi, à predikatnya baik à membi-
carakan masalah rumput makanan sapi.
- Orang mabuk jatuh ke selokan,à predikatnya jatuh à memberitakan
orang mabuk.
2.3 Objek
Dalam kalimat aktif objek merupakan bagian sasaran predikat kalimat, dan objek berasal dari jenis nomina atau pronomina. Kehadiran objek dalam kalimat aktif transitif (eka transitif) sangat diperlukan, tanpa ada objek dalam kalimat itu maka kalimat itu dianggap belum lengkap atau belum selesai, seperti dalam kalimat-kalimat di bawah ini.
- Budi memukul Yudas à tanpa ada objek (Yudas), kalimat belum lengkap.
- Ratna mencium bau roti à tanpa ada objek (bau roti) maka kalimat itu.
belum selesai.
- Polisi mengamankan orang mabuk à orang mabuk merupakan objek.
2.4 Pelengkap
Pelengkap terdapat pada kalimat semi transitif, dan pelengkap ber-asal dari jenis kata nomina, verba, dan adjektiva adalah juga bagian yang ha-rus ada dalam kalimat; tanpa ada pelengkap maka kalimat itu dianggap be-lum selesai, coba perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
- Semua anggota rombongan Pramuka naik kapal laut, à tanpa ada kapal
laut, kalimat belum lengkap.
- Saya cium bau busuk.
Bagaimana kalimat di atas kalau tanpa pelengkap (bau busuk)?
Harap diperhatikan pelengkap dengan objek pada pasal 2.3.
2.5 Keterangan
Keterangan umumnya terdapat pada kalimat aktif intransitive, dan makna kata keterangan dalam kalimat ditentukan oleh perpaduan unsurnya masing-masing, perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini dengan huruf yang dicetak miring, adalah keterangan.
2.5.1 keterangan tempat
- Gadis itu mati di kamar tidur
- Ayah dan ibu berangkat ke Jakarta.
- Pelarian itu tertangkap di kuburan.
2.5.2 keterangan waktu
- Tadi malam rumah Budi dimasuki pencuri.
- Bulan Desember orang-orang Kristen banyak merayakan Natal.
- Sebelum pukul 9 pagi kebaktian diadakan di rumah kami.
- Perkelahian itu terjadi dalam kantor Camat.
- Orang kena panah itu sepulang dari pasar.
- Pesta pernikahan Budi diselenggarakan bulan lalu.
2.5.3 keterangan alat
- Monyet memetik buah kelapa dengan gigi.
- Ular menjalar dengan sisik bawah.
- Orang itu menangkap burung dengan panah.
2.5.4 keterangan tujuan
- Ia berkorban banyak demi kekasihnya.
- Saya rajin berolahraga supaya tetap sehat.
- Mari kita bekerja keras bagi nusa dan bangsa.
- Ia rajin mencari uang untuk biaya sekolah anaknya.
2.5.5 keterangan cara
- Para pesrta ujian menjawab pertanyaan secara hat-hati.
- Polisi bertindak sudah secara hukum.
- Ibuku menangisi adikku yang pergi merantau, dengan tersedu-sedu.
2.5.6 keterangan penyerta
- Ayah pergi ke kota dengan abang saya.
- Prajurit tentara latihan berserta komandannya.
- Ibu bersama kakakku pergi menghadiri pesta pernikahan.
2.5.7 keterangan similatif yang bertuliskan miring.
- Budi dalam panitia duduk sebagai ketua.
- Sarah menganggap suaminya bagaikan seorang pejabat tinggi.
- Rudi menyetir kendaraannya seperti angin.
2.5.8 keterangan penyebaban
- Musa berkelahi dengan Daud karena perempuan.
- Jarinya terputus sebab kecerobohannya dalam menjalankan mesin pabrik.
- Orang itu bercerai dengan isterinya karena isteri berselingkuh.
2.5.9 keterangan kesalingan
- Kalau perempuan berkelahi saling tarik rambut.
- Anak muda kampung berkelahi saling melempar batu.
- Pemerintah-pemerintah daerah saling bertukar informasi.
2.6 Jenis-Jenis Kalimat
Dalam pemakaian kata-kata atau kelompok kata (frasa) dalam ka-limat terkadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya, seperti:
- Lintah darat itu sudah dimejahijaukan.
- Gadis yang baru datang itu sangat manis.
- Pemuda adalah tulang punggung negara.
Lintah darat adalah hewan lunak dan kecil yang biasa menghisap darah manusia ataupun hewan, tabiat lintah itu dilukiskan kepada orang yang suka meng-ambil keuntungan besar pada orang lain, umpamanya rentenir.
Kata manis sesungguhnya ditujukan kepada rasa sesuatu benda, seperti rasa tebu yang manis, tetapi pada kalimat tersebut di atas ditujukan kepada gadis cantik. Demikian pula dengan frasa tulang punggung, tulang punggung berada di belakang badan, yang berperan penting dalam tegaknya tubuh manusia. Pemakaian kata-kata lintah darat, manis, tulang punggung pada kalimat-kalimat di atas disebut metafora.
Untuk mempelajari jenis kalimat dimulai dengan kalimat sederhana, yaitu kalimat tunggal, kalimat yang di dalamnya hanya terdapat satu subjek, satu predikat, atau satu subjek, satu predikat, satu objek/pelengkap.
Telah dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah sede-retan kata-kata disusun sesuai dengan kebutuhan kalimat. Tetapi tidak selama-nya kalimat terdiri dari deretan kata, ada kalanya kalimat terdiri dari dua kata saja, tergantung situasi. Umpamanya, situasi sementara kita berjalan, di depan kita, tiba-tiba ada burung terbang. Pada situasi seperti itu, kalimatnya cukup dengan dua kata saja à Burung terbang. Kalimat seperti itu disebut kalimat dasar. Walaupun disebut kalimat dasar, tetapi kalimat itu sudah lengkap ka-rena, pada kalimat itu sudah ada subjek dan predikat. Adapun kalimat tunggal itu, di dalamnya ada bagian inti dan ada pula bagian bukan inti. Seperti kalimat “Burung terbang”, kalimat burung terbang itu boleh diperluas menjadi à Burung coklat terbang ke dahan. Kata coklat dan ke dahan adalah merupakan tambahan atau perluasan kalimat. Walaupun kalimat itu sudah diperluas, tetapi pada hakekatnya inti kalimat itu tetap sama, yaitu burung, sebagai subjek, dan terbang sebagai predikat.
2.6.1 Kalimat aktif
Adapun predikat (bagian inti) adalah bagian kalimat yang menandai apa yang akan dilakukan/dibicarakan subjek. Dan kalau dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu, kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan di dalam predikat verbalnya. Dari penjelasan KBBI itu jelaslah bahwa predikat kalimat aktif berasal dari verba yang me-ngandung perbuatan. Adapun verba aktif itu dibagi dalam empat macam, yaitu: verba intransitif, verba ekatransitif, semitransitif, dan verba dwitransitif. Dari keempat macam verba itulah dibentuk kalimat-kalimat aktif à kalimat intransitif, kalimat ekatrnsitif, kalimat semitransitif, dan kalimat dwitransitif. Khusus kalimat ekatransitif ada keistimewaannya dengan kalimat-kalimat aktif lain, yaitu kalimat ekatransitif dapat dijadikan kalimat pasif.
2.6.1.1 Kalimat Intransitif
Kalimat intransitif dibentuk oleh verba intransitif. Dan verba intran-sitif sama artinya dengan kata kerja tak mempunyai objek. Pada kalimat intransitif hanya ada dua bagian inti, yaitu subjek dan predikat. Kalimat intransitif boleh diperluas dengan menambahkan beberapa kata. Seperti kalimat “Burung terbang” itu à Burung terbang boleh ditambah dengan kata dari pohon ke pohon. Walaupun telah ditambahkan dengan kata-kata dari pohon ke pohon, subjek dan predikatnya tetap sama, yaitu à Burung (subjek), terbang (predikat). Dan dari pohon ke pohon, bukan inti; kata-kata itu merupakan keterangan à keterangan tempat, contoh lain:
- Anak-anak menari di gedung kesenian. Anak-anak (subjek), menari
(predikat),sedangkan ke gedung kesenian merupakan keterangan tempat.
- Anjing menggonggong di dekat kandang. Anjing (subjek), menggonggong
(predikat) sedangkan di dekat kandang merupakan keterangan tempat.
- Kami sudah duduk di pinggir pantai. Kami (subjek), sudah duduk (predikat),
di pinggir pantai adalah merupakan keterangan tempat.
- Kemarin sore Budi berkelahi. Budi (subjek), berkelahi (predikat), Kemarin
sore merupakan keterangan waktu. Andainya kata-kata keterangan itu ditiadakan (Tadi malam, besok, di belakang sekoh, Pagi hari, ke pasar) kalimat tersebut dapat dimengerti.
Untuk lebih jelas, kalimat di bawah ini yang bertuliskan miring dihi-langkan, apakah dapat dimengerti?
1. Tadi malam pencuri masuk di rumah Budi.
2. Tamu akan datang besok.
3. Anak-anak merokok di belakang sekolah.
4. Pagi hari ayah berolahraga di pinggir rumah.
5. Ibu pergi ke pasar masih pagi buta.
2.6.1.2 Kalimat Ekatransitif
Kalimat ekatransitif dibentuk oleh verba ekatranstitif, dan verba ekatransitif memerlukan objek,sebenarnya bukan saja memerlukan, tetapi objek harus ada.. Objek berasal dari jenis kata nomina atau pronomina.
Seperti apa yang telah diungkap, kalimat ekatransitif merupakan per-buatan, dan prefiksnya memakai me- (mem-,men-, meng-, dan meny-), seperti kata memukul, menanam, menggali, menyanyi, melempar yang contoh-contoh kalimatnya sebagai berikut:
1. Budi melempar buah mangga.
Bagaimana kalimat tanpa buah mangga.
2. Polisi memukul penipu.
Coba hilangkan kata penipu, kalimat itu tidak sempurna, bukan?
3. Ibu memetik bunga mawar.
Kata bunga mawar harus disertakan supaya kalimat itu sempurna.
4. Rudi menanam jeruk.
Kata jeruk adalah nomina.
5. Anjing menerkam ayam.
Ayam juga termasuk nomina.
6. Ayah menggali lubang.
Bagaimana kalimat kalau hanya ada Ayah menggali? Dari contoh-contoh kalimat di atas, dapat diketahui bahwa pada kalimat ekatransitif ada tiga bagian inti, yaitu: subjek, predikat, dan objek, yang disingkat menjadi SPO. Perlu diketahui bahwa, dari kalimat ekatransitif dapat dijadikan kalimat pasif.
2.6.1.3 Kalimat Semitransitif
Kalimat semitransitif juga terdiri dari tiga bagian inti, yaitu subjek, predikat, dan pelengkap. Pelengkap berasal dari jenis kata nomina, verba, dan adjektiva, dan pelengkap harus ada pada kalimat semitransitif. Walaupun kalimat semitransitif terdiri dari tiga bagian inti, tetapi kalimat semitransitif tidak dapat diajadikan pasif. Amatilah kalimat-kalimat di bawah ini, terutama yang bertuliskan miring.
- Minyak makan itu berbau tengik.
- Botol ini berisi obat batuk.
- Adik saya belajar lari.
- Suami yang baik memuji kecantikan isterinya.
- Saya puas tidur.
Yang bertuliskan miring adalah pelengkap, (baris 1) pelengkap yang berasal dari adjektiva (tengik), (baris 2) obat batuk (nomina), (baris 3) lari (verba), (baris 4) kecantikan isterinya (nomina turunan), dan (baris 5) tidur berasal dari verba.
2.6.1.4 Kalimat Dwitransitif
Perhatikan dengan seksama kalimat-kalimat di bawah ini.
1. Budi mencari pekerjaan.
2..Budi mencarikan pekerjaan
Pada kalimat (1) jelas makna kalimatnya à Budi mencari pekerkan. Tetapi pada kalimat (2) dengan menambahkan -kan maka makna kalimat itu tidak jelas; seolah-olah kalimat itu menuntut pekerjaan, pekerjaan untuk siapa? Bila ditambah dengan kata adiknya pada kalimat itu menjadi à Budi mencarikan pekerjaan adiknya. Dengan menambahkan adiknya pada kalimat (2) jelaslah makna kalimat itu.
Pada kalimat (1), Budi (subjek), mencari (predikat), pekerjaan (objek) kalimat itu termasuk kalimat ekatransitif. Tetapi pada kalimat (2) setelah diperbaiki, di belakang subjek ada dua kata (mencarikan pekerjaan) yang menjadikan kalimat itu sempurna. Bila kita menoleh kembali ke kalimat semitransitif; predikatnya memerlukan pelengkap, maka pada kalimat setelah ditambah adiknya, adiknya merupakan pelengkap, sehingga mencarikan pekerjaan merupakan predikat; yang disebut predikat dwitransitif. Contoh berikut:
- Musa mencari obat.
- Musa mencarikan obat, obat siapa?
- Musa mencarikan obat ayahnya.
- Pak Haji memberi zakat.
- Pak Haji memberikan zakat, zakat untuk siapa?
- Pak Haji memberikan zakat kepada orang fakir miskin.
- Ibu meminum obat.
- Ibu meminumkan obat, obat untuk siapa?
- Ibu meminumkan obat adik.
2.6.1.4 Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang menunjukkan subjek merupakan tujuan dari pekerjaan predikat verbalnya. Dan mengingat pernyataan dari pasal 2.6.1.3, kalimat ekatransitif dapat dijadikan kalimat pasif, sehingga pada kalimat pasif juga terdapat tiga bagian inti. Tetapi pada kalimat ekatransitif subjek dinyatakan pelaku, sedangkan pada kalimat pasif, subjek merupakan tujuan sehingga bila dibagankan seperti bagan yang ada di bawah ini.
Kalimat ekatransitif
Subjek Predikat Objek
à
- Ayah mengejar pencuri. (mengejar predikat, pelaku Ayah)
- Rudi mencium Ratna. (mencium predikat, pelaku Rudi)
- Musa mencuri mangga. (mencuri predikat, pelaku Musa)
- Budi memukul Daniel. (memukul predikat, pelaku Budi)
Kalimat pasif
Subjek Predikat
ß
- Pencuri dikejar ayah. (dikejar predikat, yang dituju pencuri)
- Ratna dicium Rudi. (dicium predikat, yang dituju Ratna)
- Mangga dicuri Musa. (dicuri predikat, yang dituju mangga)
- Daniel dipukul Budi. (dipukul predikat, yang dituju Daniel)
2.6.1.5 Kalimat pasif dari prefiks ter-
Prefiks ter- yang mengandung perbuatan tak sengaja, menjadi, dan dapat, dengan prefiks di- dalam kalimat (ter-) sama, yaitu sama-sama mem-bentuk kalimat pasif.
Subjek Predikat
ß
Nona itu terbuai oleh rayuan Budi.
Bukumu terbawa oleh adikku
Beras 50 kg terangkat oleh isteriku.
Perbuatanmu tercium oleh polisi
Buah pinangtua tergigit oleh kakek.
2.6.1.6 Kalimat pasif pada kalimat dwitransitif
Kalimat dwitransitif dapat dijadikan kalimat pasif dengan cara meng-gantikan prefiks me- dengan prefiks di-, pada predikat dwitransitifnya, dan ditambahkan dengan partikel oleh, kecuali dalam kalimat itu ada pronomina, tetapi maknanya sudah berubah. Lihat contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
Ratni dicarikan obat oleh ayah. à Ayah mencarikan obat Ratni.
Kepada fakir miskin diberikan zakat oleh Pak Haji. à Pak Haji memberikan zakat kepada fakir miskin.
Adik diminumkan obat oleh ibu. à Ibu meminumkan obat adik.
Apabila kalimat mengikuti bagan (2.6.1.4 yang bertanda à) seperti di atas maka kalimat itu disebut kalimat pasif, seperti:
Kakak akan kujemput. Bila diurai menjadi -- Kakak (ß) akan aku jemput.
Orang itu akan kupukul. Diurai menjadi – Orang itu (ß) akan aku pukul.
2.7 Kalimat Inversi
Pada suatu hari, Musa dengan Adam berbincang-bincang tentang memban-gun rumah bagus dan kuat.
- Musa berkata : Saya mau membangun rumah beton.
- Adam menjawab: Membangun rumah beton biayanya besar.
Karena Adam mengatakan, membangun rumah beton biayanya besar, lalu perbincangan mereka berakhir dengan hasil, Musa mengalah. Kalimat Saya mau membangun rumah beton, Saya (subjek), mau membangun (predikat), rumah beton (pelengkap), kalimat seperti itu adalah kalimat semitransitif, sedangkan kalimat Membangun rumah beton biayanya besar à membangun (predikat ), rumah beton (subjek), biayanya besar (pelengkap). Jadi, kalimat predikat mendahului subjek disebut kalimat inversi, dan predikat kalimat inversi kebanyakan dari verba atau verba turunan.
2.8 Kalimat Nominal
Tidak selamanya predikat kalimat berasal dari verba atau dari adjek-tiva, tetapi adakalanya predikat dari jenis kata nomina. Kalimat yang predi-katnya dibentuk oleh nomina disebut, kalimat nominal. Kalimat nominal di-benarkan apabila dalam deretan kata itu ada kata dijadikat predikat, walaupun dari nomina, contoh,
- Dia guru saya. Ketiga kata itu adalah nomina, tidak jelas yang mana sub- jek dan mana predikat; atau tidak jelas mana yang dimaksud dengan guru. Tetapi setelah disisipkan partikel itu di antara kata Dia dengan kata guru à Dia itu guru saya, maka Dia itu merupakan tujuan kalimat, atau Dia itu adalah guru.
- Partikel -lah boleh juga ditambah pada kata Dia à Dialah guru saya maka yang guru adalah Dia.
B A B III
BAHASA KARO
PENDAHULUAN
Belajar bahasa berarti belajar jenis kata. Adapun jenis kata dibagi dalam 5 jenis, yaitu: 1. nomina (kata benda), 2. verba (kata kerja), 3. adjektiva (sifat), 4. adverbia (keterangan), 5. Kata Tugas.
Nomina bahasa Karo atau kata benda bahasa Karo tidak diungkap seluruhnya pada buku ini; yang diungkap hanya nomina turunan, karena pada BAB I pasal 1.1 Nomina dari bahasa Indonesia sudah jelas. Dan biasanya untuk memahami bahasa akan ada contoh-contoh kalimat, sehubungan de-ngan contoh-contoh itu, perlu diketahui seperti apa yang dicantumkan di ba-wah ini:
- bertolak dari kalimat aktif,
- frasa,
- e lemah dan e keras,
- morfem terikat,
- kalimat inversi.
3.a. Pada pasal terdahulu telah disebut-sebut kalimat aktif yang subjeknya berada di sebelah kiri kalimat, dan predikat sebelah kanan kalimat. Selain kalimat aktif, masih ada beberapa jenis kalimat lain, namun untuk sementara kalimat lain itu diabaikan. Hal ini dibuat demikian dengan tujuan, untuk memudahkan mengenali nomina, terutama mengenali nomina turunan.
Kalau kata itu berada di sebelah kiri kalimat maka kata itu adalah nomina, karena nomina yang mendudki subjek, contoh: Makan kelinci adalah adalah daun-daunan. Makan termasuk jenis verba (kata kerja), jadi, makan itu tidak tepat pada awal kalimat (subjek), karena pada awal kalimat seharusnya adalah nomina, maka kata makan itu harus dijadikan nomina, yang disebut nomina turunan, yaitu menambahkan sufiks –an, pada makan à makanan à Makanan kelinci adalah daun-daunan.
3.b Kadang dalam kalimat, subjek atau predikat tidak terdiri dari satu kata saja, tetapi beberapa kata; atau dalam satu kelompok terdiri dari beberapa kata, dan kata-kata itu belum membentuk kalimat, kumpulan kata seperti itu disebut frasa atau biasa juga disebut frase, seperti:
- pengemudi ugal-ugalan
- bibit jagung unggul
- dua ekor ayam, dan lain-lain.
3.c Dalam bahasa Indonesia akan ditemui e (lemah) dan e (keras), tetapi karena orang sudah biasa menggunakannya, sehingga penulisannya sama saja; tidak ada tanda-tanda perbedaan. Dalam bahasa Karo pun ada e lemah dan e keras, yang di luar orang Karo akan susah membedakannya, bahkan orang Karo yang lahir di perantauan akan sulit membedakannya, maka pada kesempatan ini e (lemah) ditulis biasa, sedangkan untuk e (keras) ditebalkan e.
3.d Sebelum kita memasuki lebih dalam bahasa Karo, terlebih dahulu kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan morfem terikat. Sebab pada bahasa Karo banyak kata morfem terikat. Oleh karena itu, tanpa mengenal morfem terikat, kita akan mengalami kesulitn untuk memahami contoh-contoh ka-limat.
Dalam kamus (KBBI) dinyatakan, bahwa morfem bebas adalah yang secara potensial dapat berdiri sendiri, sedangkan morfem terikat yang hanya dapat digunakan apabila dirangkai dengan afiks (imbuhan) atau kata lain. Tetapi mengapa dalam kamus dinyatakan arak diberi tanda (v) yang artinya verba, demikin pula dengan kata elak (v), juga kata empas diberi tanda (v) yang artinya verba? Ya, sepintas benar dikatakan verba, jika kata itu digabung dengan prefiks me- (mengarak, mengelak, mengempas) menjadi verba turunan, tetapi bagaimana bila ketiga kata itu digabung dengan sufik
-an (arakan, elakan, empasan), bukankah ketiga kata itu sudah menjadi nomina turunan? Demikian pula dengan buku Tata Bahasa Baku Indonesia, di dalam buku itu dinyatakan morfem terikat adalah morfem tidak dapat berdiri sendiri, seperti me-, ber-, di-, ter-. Contoh itu membingungkan, kalau memang me-, ber-, di-, ter- dikatakan morfem, mengapa me-, ber-, di-, ter- itu dinyatakan prefiks? Samakah arti morfem dengan prefiks? Jadi, kedua buku itu memberikan penjelasan masih mengambang.
Dalam bahasa Karo banyak kata tidak dapat dipakai sebelum kata itu dirangkai dengan afiks atau kata lain. Contoh : bages, belang, biar, bergeh, dan lain-lain. Keempat kata itu tanpa ada afiks m- , kata itu tidak dapat dipakai. Apabila kata itu dirangkai dengan m- maka keempat itu kata sudah ada artinya.
m + bages à mbages (dalam) Kolam si Badu mbages. Kolam Badu dalam.
m + belang à mbelang (luas) Juma kami mbelang. Ladang kami luas.
m + biar à mbiar (takut) Kucing mbiar man biang. Kucing takut kepada anjing.
m + bergeh à mbergeh (dingin) Es mbergeh kal. Es dingin sekali.
Kata sayang (adjektiva) dari bahasa Indonesiapun tak dapat diguna-kan ke bahasa Karo sebelum digabung dengan kata lain. Memang ada kata “sayang” dari bahasa Indonesia dipakai pada bahasa Karo, tetapi dipakai berupa frasa à Ula sayang, sayangku, kusayangi .
Adapun morfem terikat supaya dapat digunakan, contohnya adalah:
- Apabila awal kata memakai b- yang digunakan m- contoh:
bacar (mt = morfem terikat) + m- à mbacar à orang ramah, suka bergaul.
bentar (mt) +m- à mbentar = putih. Mbentar ada juga menyebut mentar, b
luluh.
biring (mt) +m- à mbiring = hitam.
bue (mt) + m- à mbue = banyak.
Awal kata konsonan yang tertutup (seperti b) yang digunakan m-, sedangkan konsonan terbuka (g, h, j, k, l, n, r, t) dipakai me-, contoh :
me + ganjang (mt) meganjang = tinggi,
me + hamat (mt) mehamat = sopan,
me + jingkat (mt) mejingkat = rajin,
me + kapal (mt) mekapal = tebal,
me + lantar (mt) melantar = tidak hati-hati,
me + nahang (mt) menahang = ringan,
me + randal (mt) merandal = baik, bagus,
me + tami (mt) metami = memanja dan,
n + dauh (mt) ndauh = jauh.
(untuk sementara cukup sekian, mungkin masih ada yang lain)
3.1. Nomina Turunan
Kata dari jenis verba atau adjektiva dijadikan nomina yang disebut nomina turunan. Adapun yang menjadikan nomina turunan: sufiks –en, prefiks pe-, per-, dan prefiks peng-, afiks per – en, pe – ken, dan afiks ke – en, dan prefiks kini-.
3.1.1 sufiks -en
B. Indonesia.
B. Karo
Subjek
Predikat
lari
kiam
Kiamen jelma
Megi
mercun.
Larian orang
mendengar
mercon.
cepat
Pedas
Pedasen kuda
asangken
lembu.
Cepatan kuda
dibanding
lembu.
putih
bentar (mt)
Bentaran Cina
asangken
Indonesia.
Putihan Cina
dibanding
Indonesia.
serius
nutus
Nutusen ate B
erlajar
asangken ….
Seriusan Budi
belajar
dibanding….
Keterangan:
Larian diterjemahkan secara harfiah ke bahasa Karo.
Megi à dari kata begi (mt), walaupun megi dari kata begi, tetapi boleh juga dijadikan verba turunan megi, sama.
Kata ate ada dua pengertian, ate dalam arti sesungguhnya hati, ate ada berpe-ngertian kemauan, kemauan siapa? Dalam (boks di atas) kalimat itu, kemauan Budi, kemuan bagaimana? Jawabnya: nutusen (seriusan Budi), sehingga setiap kata ate (kemauan) muncul, dalam bentuk frasa (kumpulan kata), se-perti kata atena, ngena dalam lagu Pisosurit, tidak boleh ditulis atena saja, ngena saja juga tidak boleh, harus bentuk frasa atena ngena.
3.1.2 prefiks pe-
B. Indonesia
B. Karo
Subjek
Predikat
bantu
sampat
Penampatna
la terlupaken
aku.
Bantuannya
tak terlupakan
Aku
beli
tukur
Penukur beras
ibuat
i kuncangku.
Pembeli beras
diambil
di kantongku.
pukul
pekpek
Pemekpek biang
purih ibahan.
Pemukul anjing
lidi dibikin.
serunai
sarunai
Penarunai
ngembus
sarunaina.
Penerunai
meniup
Serunainya.
Keterangan :
Sempat dijadikan nomina turunan, s luluh lalu diganti n, sehingga penampat,
Pekpek, k pertama luluh diganti m sehingga menjadi pemekpek.
Tukur, t luluh lalu diganti n sehingga muncul kata penukur.
Perubahan bunyi dari s ke n, dari t ke n, dari k ke m berdasarkan lidah orang Karo.
3.1.3 prefiks per-
b. Indonesia
b. Karo
Subjek
Predikat
buat/bikin
bahan
Perbahan jelma
kiam
akupe kiam.
Karena orang
Lari
kupun lari.
buru
buru
Perburu usur
erbengkau
jukut.
Pemburu selalu
bergulai
daging.
bual
bual
Perbual
terluda
ngerana.
Pembual
terlanjur
bicara.
3.1.4 prefik peng-
b. Indonesia
b. Karo
subjek
predikat
lihat
idah
Pengidah bapa
La nai
terang.
Penglihatan bapa
tak terang
lagi.
kerja
kebet (mt)
Pengkebetna
gawah-gawah ngenca.
Kerjanya
hanya kelaya-pan saja.
jemput
legi
Pengelegina
Maka reh
polisi.
Perbuatannya
Maka datang
polisi.
Keterangan:
Pengelegina diterjemah ke jemput tidak lumrah (salah).
3.1.5 afiks per – an
b. Indonesia.
b. Karo
subjek
predikat
buat
bahan
Perbahanenta
Erbahan
kalak segan..
Perbuatan kita
membuat
orang segan
uang
duit (sen)
Perduiten mbue
maka nukur-nukur
Keuangan banyak
baru belanja.
serban
bulang
Perbulangen
Ncari
nakan.
Suami
mencari
nafkah.
Keterangan:
Bulang = serban, yang memakai bulang adalah laki-laki, sehingga yang memakai bulang disebut perbulangen (suami).
Nakan = nasi
3.1.6 afiks pe – ken
b. Indonesia
b. Karo
kawin
empo
Pempoken anak
Ia
ku Medan.
Mengawin –kan anak
Dia
ke Medan.
jantan
dalu (babi)
Pedaluken babi
ia.
Mengawinkan babi
Dia.
Peduaken adah me
anak kami.
Yang kedua itu
anak kami.
baik
huli(uli)
Pehuliken motor
Ia
ku kota.
Memperbaiki motor
Dia
ke kota.
Membaca kalimat pertama dan kedua, dan membandingkannya ke bahasa Indonesia (pempoken = mengawinkan, pedaluken = mengawinkan) afiks pe – ken, terutama –ken bukan membentuk nomina turunan, tetapi membentuk verba turunan. Dengan demikian kalimat (Pempoken anak ia, Pedaluken babi ia) adalah membentuk kalimat inversi (predikat mendahului subjek)
3.1.7 afiks ke - en
b. Indonesia
b. Karo
subjek
Predikat
sayang
keleng
Kekelengenta
icidahken
man orangtua.
Sayang kita
ditunjukkan
kepada o.tua.
hidup
geluh (mt)
Kegeluhenku
lalap mesera.
Kehidupanku
terus susah.
bodoh/jelek
genjeng
Kegenjengenta
la perlu
iteh kalak.
Kejelekan kita
tak perlu
orang tahu.
rakus
rangap
Kerangapenta
Erbanca
kalak ndauh.
Kerakusan kita
membuat
orang menjauh.
Keterangan:
-ta berasal dari kata kita, -ta biasa disertakan menunjukkan kepemilikan, walaupun kepada orang lain, contoh: Adah rumahta (Itu rumah kita), kalau dikatakan, Adah rumahku (Itu rumahku) dianggap tidak sopan.
3.1.8 prefiks kini-
b. Indonesia
b. Karo
Subjek
Predikat
baik
randal (mt)
Kinirandalkin
Nergang
man nini?
Baikkah
membentak
nenek?
kaya
bayak
Kinibayakenna
si ngerana e.
Kekayannya
yang bicara
itu.
miskin
mesera
Kiniseraankap
Erbahan
aku talu.
Kemiskinan
membuat
aku kalah.
pndai
beluh
Kinibeluhenta
Ergaul
maka tampil.
Kepandaian
Bergaul
maka tampil.
Keterangan:
Terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Karo kadang tidak tepat benar, seperti nergang, nergang (verba turunan) yang berasal dari kata sergang à sergang mengeluarkan kata-tata dengan suara keras, contoh: Si A disuruh mengambil air minum, ternyata si A itu terus mengerjakan pekerjaannya, membaca, umpamanya, B (yang menyuruh, ayahnya) dongkol lalu dengan suara keras ia mengatakan, “Ambil air minum itu.” Baru si A bergerak.
Sesungguhnya kalimat Kinirandalkin nergang man nini, tidak lengkap, seha-rusnya ada kata akap kao (kau rasa) setelah kata kinirandalenkin (kiniran dalenkin akap kao). Kinirandalenkin akapko nergang man nini.
Kata sera (mt), setelah ditambah dengan me- à mesera = susah, miskin.
(lihat boks di atas)
3.2 VERBA
Verba biasa juga disebut kata kerja, kata kerja jangan diasumsikan sama dengan kerja. Ada orang, karena namanya kata kerja dianggapnya sama dengan kerja. Oleh sebab itu penulis menyebut nomina untuk kata benda, verba untuk kata kerja, adjektiv ke kata sifat, adverbia untuk keterangan. Apalagi hendak mendalami, yang disebut jenis kata kata benda, jenis kata kata kerja, jenis kata kata sifat, jenis kata kata keterangan, membingungkan, karena terdapat dua kata, kata kata benda, kata kata kerja dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri verba (kata kerja) :
a. Mengandung makna perbuatan atau aksi, yang biasanya dapat menjadi ja-waban dari pertanyaan: Apa yang dilakukan subjek? Contoh: Apa yang dila-kukan kucing? Jawabnya kemungkinan tidur, lari, makan. Kata tidur, lari, dan makan itulah yang dimaksud dengan verba, dalam bahasa Karo.
Kaikin ibahan kucing? Jawabnya : tunduh, kiam, maan (a dibaca agak pan-jang).
Ingat, verba menduduki predikat atau berada sebelah kanan subjek, isilah:
Subjek Predikat
……….. medem
………… kiam
………… maan
……….. ridi
………. kundul
b. Mengandung makna proses yang biasanya dapat menjadi jawaban dari per-tanyaan: Apa yang terjadi pada subjek? Contoh: Apa yang terjadi pada tiang listrik? Jawabannya kemungkinan: tumbang, patah, berdiri, dalam bahasa Karo: mbulak (bulak, mt) penggel, pajek. Kata mbulak, penggel, pajek itulah verba.
Contoh kalimat (bertuliskan miring):
Tiang listrik mbulak.
Galah penjukjuk buah mangga penggel.
Pancang enggo pajek.
Ingat, predikat dalam kalimat aktif berada sebelah kanan subjek.
Isilah pada titik-titik di bawah ini:
subjek predikat
Sapona enggo …………
Dahan mangga ………..
Tiang bendera .………
3.2.1 Verba Turunan Bahasa Karo
Seperti halnya verba atau adjektiva dapat dijadikan nomina turunan,
sebaliknya nomina dapat pula dijadikan verba yang disebut verba turunan, contoh: membatu, bersepatu, berair.
batu à membatu, Semen sudah membatu.
sepatu à bersepatu, Anak-anak sekarang bersepatu ke sekolah.
air à berair, Halaman sekolah berair.
Kalimat Semen sudah membantu, kalau di bahasa Karokan Semen enggo mbatu, kalimat seperti itu pada bahasa Karo tidak lazim, lazimnya Semen enggo jadi batu. Tetapi untuk kalimat Anak-anak sekarang bersepatu ke sekolah, pada bahasa Karonya, Anak-anak si genduari ersepatu ku sekolah. Demikian pula kalimat Halaman sekolah berair, pada bahasa Karo, Kesain sekolah erlau. Demikianlah sebagai kata pengantar verba turunan Karo.
3.2.1.1 prefiks atau pelengkap morfem terikat m-(me-)
Telah disebut-sebut bahwa, kata tak dapat berdiri-sendiri dikatakan morfem terikat, morfem terikat harus lebih dahulu diikat dengan kata lain sebelum digunakan, umpamanya diikat dengan m- (me-). Tetapi verba turunanpun ada juga menggunakan pfrefiks m- (me-). Untuk membedakan m- (me-) itu prefiks, dan m- (me-) pelengkap morfem terikat dengan cara:
Apabila m- (me-) dapat dijadikan kalimat pasif; atau memakai i- (di- dalam bahasa Indonesia) maka kata itu prefiks, contoh:
M-egi (mt) à Ia megikan radio. Radio ibegikenna, na = nya. Dari uraian Radio ibegikenna, adalah kalimat pasif maka m- itu menjadi prefik, dan m- itu boleh juga menjadi pelengkap morfem terikat (lihat uraian di bawah).
3.2.1.2 prefiks m- (me-)
- Bapa medahi adek. à Adek ipedahi bapa. Medahi dari kata pedah = nase-
hat.
- Polisi mentasi rumah kami. à Rumah kami ibentasi polisi. bentas (mt)
lewat.
- Musa merjat kotoran lembu. à Kotoran lembu iperjat Musa. perjat (mt)
injak.
Apabila awal kata dasar memakai huruf c, d, g, k, n, p, r, s, t yang digunakan me-, dan awal kata dasar dari a, e, h, u, yang digunakan meh-, yang lainnya menggunakan m-. Prefiks maupun pada pelengkap morfem terikat, sama, yaitu: m-, me-, dan meh.
Pemakaian pelengkap morfem terikat (m-, me-,dan meh-) pada bahasa Karo lebih banyak, dibandingkan pemakaian prefiks (m-, me, dan meh).
3.2.1.3 contoh: m- (me-) pelengkap morfem terikat
- Anggota tentara mbestang-mbestang kerina. mbestang (bestang, mt) tegap.
- Singuda-nguda kuta kami mehamat kerina. singuda-nguda = gadis, meha-
mat = sopan, kerina = semua
- Baju Budi megersing. megersing = kuning, (gersing, mt).
3.2.1.4 contoh prefiks m-,
- Nande metami man adek. (pasif) Adik itami-tami nande. tami (mt) =
sinonimnya manja.
- Rudi nipak bola. (pasif) Bola itipak Rudi. tipak = sepak
- Budi nindih Johan. (pasif) Johan itindih Budi. i-tindi = tindis
3.2.1.5 prefiks ng- (identik meng- dalam bahasa Indonesia)
awal kata dasar :
a- à ayak à Budi ngayak biang. ayak = kejar, biang = anjing
ambeng à Nande ngambeng-ken rempak. ambeng = buang, rempak =
sampah.
angkip à Kakak ngangkip adik. angkip sinonimnya gendong
g- gurgari à Ia nggurgari rusur. gurgari (mt) = membuat berantakan.
r-usur = selalu
gedap à Buaya nggedap-ken kerbau. gedap = tenggelam
gejap à Ia nggejap adi kita melewas. gejap = merasa, adi = kalau,
melewas = tak mau tau
i- ikut à Anak biang ngikut indungna. Ikut = ikut, biang = anjing,
indung = induk
iket à Polisi ngiket tan pinangkau. iket = ikat. tan = tangan,
pinangkau = pencuri
ian à Kakatua ngian-i agingku. ian (mt) = menunggui, agi-ngku =
adik à ngku = ku, dan yang menyatakan kepemilikan harus
disertakan disertai ng-
k- k- yang menggunakan k ada dua macam, apabila huruf ke dua memakai a dan i- yang digunakan prefiks ng-, dan huruf kedua memakai u, e, dan huruf i digunakan ngk-
k- kite à Manjar-anjar ngite-ngite buluh. anjar = hati-hati, kite = titian
buluh = bambu
kai à Ngkai maka kena rubat? kai = apa, kena = kalian, rubat = ber-
kelahi
kusur à Kami ngkusur tiang sapo. kusur = putar, sapo = rumah kecil di
sawah.
o- orat à Bapa tua ngorat-i singuda-nguda. orat (mt) = menanyai, singuda-
nguda = gadis
oge à Musa ngoge Surat Kabar. Oge= baca
ose à Bibi ngose adik. ose = sinonimnya memakaikan kain.
u- ukur à Aku latih kuakap ngukur-i anak. latih = capek, ku-akap = ku =
aku, akap = rasanya, ukur (mt) = memikirkan
ulam à Om ngulam bulung sawi. ulam = ulam, bulung = daun
ue (uai) à Muli enggo nguai. uai = ya, enggo = sudah, nguai = mengya
nge- à legi à Musa ngelegi nande i juma. legi = jemput, nande = ibu, juma =
huma
lebuh à Ani ngelebuh bapa i lepar lau. nge-lebuh = memanggil dari jauh,
lepar = seberang sungai, lau = sungai, air.
e- embah à Nande ngembah anak kakak. ngembah = dukung
endes à Tukan Pos ngendes-ken paket. ng-endes = menyerahkan
embas à Bibi ngembas-ken uis. embas = kibas
r- rawa à Bapa ngrawa-i Rohana. rawa (mt) = marah, ngrawai, kadang
ngerawai pakai e.
3.2.1.6 prefik n-
c- cikep à Salmah ncikep bungkusen. cikep = pegang, bungkus-en = bung-
kus, -en adalah sufik, acapkali ncikep berubah menjadi nikep. .
cabinà Kakak ncabin-i adik si sangana tunduh. Cabin = selimut, si =
yang, sangana = waktu, sedang, -na à terjemahan dari -nya
cidur à Bibi minter ercidur nganggeh bau macik. minter = langsung
er-cidur = ludah, er- = ber-, ng-anggeh = cium, nganggeh =
mencium, bau = bau, macik = busuk. Cium khusus untuk
sesama manusia disebut ema. ngema = mencium
d- dabuh à Nangka ndabuh ku atap. dabuh (mt) = jatuh, ku = ke
daram à Polisi ndaram-i kalak mabuk. daram (mt) = cari, kalak = jelma,
mabuk = mabuk
dauh à Wamena ndauh i Jayapura nari. n-dauh (mt) = jauh, nari = dari
j- jemak à Bapa njemak perpalu. jemak = pegang, per-palu = pemukul,
per- lihat prefika per-.
jerngem à Biang njerngem perik. jerngem = memeluk dan menggigit,
perik = burung.
jore à Bengkila njore-ken perjabun silih. bengkila = suami tante, jore =
= senang, baik, menyelesaikan per-jabu-un, jabu = rumah, dalam hal
ini rumah tangga, -un adalah sufiks, silih = ipar
t- tutup à Kandi nutup pintu. tutup = tutup
tambar à Dokter nambar-i agingku. tambar = obat, agi-ngku = adik-ku
teman à Aku neman –i silih ku lau. teman = teman, silih =ipar, lau =
sungai (air)
s- suan à Abang nuan page. suan = tanam, nuan = menanam, page = padi,
sabah = sawah.
sampat à Kami nampat-i mama nuan page. sampat = bantu. mama = om
sontar à Bapa nontarken sapo. sontar = sinonimnya adalah bongkar, sapo
= gubuk
3.2.1.7 prefiks me-
b- buah à Rambutan kami mbuah kal. buah = buah, kal = amat, sangat.
belang à Jumana mbelang i dusun. juma = huma, belang (mt) à =
mbelang =luas.
bue à Rimona mbue i kuta. rimo = jeruk, -na = nya, mbue = banyak
Kadang kata mbaba berubah menjadi maba.
3.2.1.8 prefiks meh-
uli- à Bibi mehulikal ukur-na man kami. uli = baik, ukur = pikir, man =
kepada, kami = kami
erga- à Bajuna meherga kal. meh-erga = mahal, kal = sangat
abu- à Kelinci si bene e mehabu rupana. si = yang, bene = hilang, e = itu
rupa = warna, -na = -nya
Penjelasan:
1.Umumnya kata mendapat prefiks ng- dan n identik dengan meng- dan men-
Dalam bahasa Indonesia membetuk verba transitif, atau membentuk
kalimat aktif transitif, lihat Bab IV (Kalimat).
2. Seperti telah kemukakan, kita bertolak dari kalimat aktif sehingga contoh
kalimat yang disampaikan, seperti dipaksakan, sehingga agak janggal ka-
rena tidak biasa.
3.2.1.8 prefiks i-
Yang dibicarakan pada pasal 3.2 adalah verba, untuk verba dari kata dasar, silakan lihat kamus, sedangkan verba turunan harus dipelajari, seperti prefiks di bawah ini.
Adapun prefiks i- dapat digunakan pada semua (awal kata) huruf, tidak mengalami perubahan bunyi.
i- lembing à Ilembing Musa arimau. iembing = lembing, .arimau = harimau
panah à Ipanah kalak si Steven. panah = panah, kalak = orang
tukur à Itukur nande baju rombengen. tukur = beli, nande = ibu
3.2.1.9 prefiks ipe-
- pinter à Ipepinter-na pancang juma-na. pinter = lurus, pancang = pancang,
juma = kebun atau huma, -na = -nya
- huli à Ipehuli motor Hondamu. huli (uli) = bagus, baik
- payo à Ipepayo dage tinaruh (naruh) ena. payo = benar, dage = lah,
tinaruh (naruh), ena = itu.
3.2.1.10 prefiks iper-
Prefiks iper- terdiri dari dua (ganda) prefiks, yaitu i- dan per- yang pengertiannya menjadi,
- juma à Iperjuma-i tanehta adah. iper- à dijadikan kebun, taneh-ta =
tanah-ta, adah = itu.
- sada à Ipersada buah mangga ena. à dijadikan (satu) tempat buah itu.
- bantai à Iperbantai-ken saja lembu e gelah keri. à dijadikan (dibagikan)
perkilo daging lembu itu, gelah = agar, keri = habis
3.2.1.11 prefiks er-
Prefiks er- penggunaannya dan manfaatnya identik dengan ber- dalam bahasa Indonesia. Kalau dalam bahasa Indonesia (ber-) ada perubahan bunyi, maka pada bahasa Karo pun ada perubahan bunyi, perubahan itu bukan dibuat-buat, tetapi bagaimana pengucapannya supaya mudah diucapkan, se-perti erjuma menjadi re-juma atau r-juma, er-ate menjadi r-ate. Untuk contoh beberapa kata akan disajikan di bawah ini.
3.2.1.12 prefiks r-
- ateà Kerna ulah-ulahmu rebahan kami rate mesui. Kerna = karena, ulah-
ulahmu = perbuatanmu, kami = kami, r-ate = ber-hati, mesui, me-
sui(mt) = sakit, sengsara
- embah à Nande rembah agi ku sabah. nande = ibu, r-embah = gendong,
agi = adik, ku = ke, sabah = sawah.
- utang à Budi rutang denga man bapa. rutang = berhutang, denga = lagi
man = kepada, bapa = bapa.
3.2.1.13 prefiks re-
- toto à Ras-ras kita ertoto, ertoto ada mengucapkannya retoto. ras = sama,
kita = kita, re-toto = toto = ber-doa
- galang à Barehmu ergalangna, ergalangna ada mengucapkannya, rega-
langna, bareh = bisul, re-galang-na = besar, -na = -nya
- baba à Megegehkal ia erbaba, erbaba ada menyebutkannya rebaba, reba-
ba page, me-gegeh = kuat, ia = ia, re-baba = pikul, maksudnya
page = padi
3.2.1.14 prefiks ter-
Pada prefiks ter- ini, kembali dinyatakan tentang kalimat inversi, sebab pada kalimat yang berprefiks ter- sebagai contoh kalimat akan dimun-culkan kalimat inversi, karena terpaksa. Terpaksa karena sulit mencarikan ka-limat aktif untuk menjadi contoh. Kalimat inversi adalah kalimat yang pre-dikat mendahului subjek. Memang bahasa Karo banyak menggunakan kalimat inversi.
Adapun kalimat yang menggunakan prefiks ter- bermakna perbuatan yang menyatakan dapat, mampu, atau lebih,
3.2.1.15 ter- yang menyatakan dapat
- timai à Tertimai ndu, aku? ter-timai, à timai = tunggu, ndu = mu
dalam bentuk halus, ngko à kau = panggilan kepada adik atau selevel.
Jawabnya: tertimai aku, atau la tertimai aku. tertima-timakal aku =
tertunggu-tunggu aku sangat
3.2.1.16 ter- yang menyatakan mampu
- angkat à Beras 50 kg terangkat aku. ter-angkat = angkat
- karat à Buah pinang tua terkarat nini tudung. ter-karat = gigit, nini =
nenek. tudung = tudung
- nangkih à Tualah si meganjng ternangkih nini bulang. tualah = kelapa,
si = yang, me- ganjang (mt) = tinggi, ter-nangkih = panjat,
bulang = sinonimnya serban
3.2.1.17 sampai ke ………
- tulan à. Lukana tertulan. luka = luka karena kena pisau, ter-tulan = tu-
lang
- dilo à Bibi rusur terdilo-dilo man anak si mbaru mate. r-usur = selalu,
dilo = panggil, man = kepada, si = yang, m-baru = baru, mate =
meninggal dunia.
- singet à Mama nguda tersinget kange soal perjabun si Musa. mama = om
(saudara) ibu, nguda = bungsu, ter-singet = menyinggung, per-
jabu-n = perkawinan, si Musa.
3.2.1.18 ter- à lebih …………
- bue (mt)à Terbue-n ibuat ………….. (benda). bue (mt) = banyak, i-
buat = di-ambil.
- bages (mt) à Terbages-en ikuruk kolam e (ei). bages = dalam, i-kuruk =
keruk, kolam = kolam.
- tua (mt) à Tertua-n maka itabah galuh. tua = tua, maka = maka, galuh =
pisang.
3.2.1.19 ter- yang menyatakan perbuatan tak sengaja
- dedeh à Terdedeh aku kotor manuk. dedeh = sinonimnya injak, kotor (tai)
manuk = ayam.
- baba à Terbaba aku bukumu. baba = bawa
- tebak à Tertebak aku, ia. tebak = tikam, aku = aku, ia = ia
3.2.1.20 Prefiks ci-
Prefiks ci- yang diketahui penulis hanya dipakai pada kata lindung yaitu : - cioà Mehamat cicio i teruh galuh. Mehamat = nama orang,
cio = lindung, hindari panas matahari, teruh = bawah, galuh =
pisang
3.3. Adjektiva
Adjektiva yang juga disebut kata sifat, dan menurut Kamus Bahasa Indonesia kata sifat artinya adalah, rupa dan keadan yang tampak pada suatu benda; tanda lahiriah, namun secara umum orang berasumsi bahwa kata sifat hanya berlaku pada manusia atau binatang. Apalagi tidak semua orang memi-liki Kamus, sehingga orang sulit mengertikan kata sifat. Oleh sebab itu, penu-lis memilih jenis kata adjektiva daripada kata sifat pada buku ini.
Adjektiva tugasnya adalah untuk mengungkapkan/menjelaskan keadaan benda, orang, atau hewan, contohnya:
- batu keras
- rumah besar,
- orang tua,
- kucing liar,
- anjing jinak.
Kata keras, besar, tua, liar, jinak, telah mengungkapkan keadaan masing-masing untuk: batu, rumah, orang, kucing, anjing, dan kata keras, besar, tua, liar, jinak itulah dimaksud dengan adjektiva.
Sesuai dengan hukum bahasa Indonesia, hukum DM (diterangkan menerangkan) maka posisi adjektiva berada di belakang nomina (lihat con-toh di atas). Nomina (umumnya): batu, rumah, kucing, anjing termasuk orang berada di belakang adjektiva: keras, besar, tua, liar, jinak lihat contoh di atas.
Sepintas tentang baik (adjektiva) dengan tidak (adverbia) bahasa Karo, rumit bila dari bahasa Indonesia diterjemahkan ke bahasa Karo secara harfiah. Contoh dari kata ingkar tidak, kata ingkar tidak terjemahannya ke dalam bahasa Karo adalah la (la galang = tidak besar, la mehuli = tidak baik). Terjemahan ini masih sesuai, baik dari bahasa Indonesia ke bahaa Karo, maupun dari bahasa Karo ke bahasa Indonesia. Tetapi ketika la itu dirangkai dengan tua, la tua, timbul masalah, karena kata tua bahasa Karo terje-mahannya bukan tua (adjektiva), dan kata tua itu bagi sebagian masyarakat Karo diartikan sebagai nama panggilan/sebutan, kaka tua (kadang tua saja) kepada kakak tertua. Demikian pula dengan kata liar, apabila la itu dirangkai dengan liar, jangan dimunculkan ke la liar, ingat morfem terikat, liar adalah morfem terikat, sehingga sebelum dirangkai dengan me- pada liar, maka liar tidak dapat dipakai, tetapi setelah dirangkai dengan me- (meliar), barulah ada artinya (meliar = liar) Demikian pula dengan tua, kata tua bukan adjektiva, kecuali dirangkai dengan me-, metua (tua, Ind) menjadi jenis kata adjektiva.
Warna dalam bahasa Indonesia ada sebutan hijau, hitam, merah, putih, kuning, tetapi pada bahasa Karo kata-kata itu (hijau, hitam, merah, putih, kuning) tidak dapat langsung menjadi ratah, biring, gara, bentar, gersing karena kata-kata itu termasuk morfem terikat; memerlukan prefiks, seperti me-ratah = hijau, m-biring = hitam, me-gara = merah, m-bentar =
putih, me-gersing = kuning. Memang ada sebutan baju ratah (tentara), uis gara (kain berwarna merah) yang biasa dikenakan pada acara-acara adat, kuning gersing (kunyit), tetapi kata-kata itu merupakan frase (frasa) kum-pulan kata.
Keterangan penguat pada adjektiva bahasa Karo, yaitu kal dan sa yang tempatnya berada di belakang kata, contoh: galang kal = amat besar, kitik kal = amat kecil, gutul kal = sangat nakal.
Dari kata sa, yaitu galang sa = terlalu besar, meganjang sa = terlalu
tinggi, mbue sa = terlalu banyak.
Selain kata kal dan sa ada pula sebutan seh dan seh kal yang tempat-
nya di depan kata, contoh: seh buena = sangat banyak-nya, seh jegirna = sangat sombong-nya. Kata seh ada tiga pengertian: sangat, terlalu, dan sam-pai.
Telah disinggung bahwa dalam bahasa Karo banyak kata tidak dapat dipakai sebelum dirangkai dengan afiks, seperti kata bue, kata bue tidak dapat digunakan kalau tidak disertakan -na = -nya (bue + na), buena = banyaknya. Sufik-an selalu disertakan yang menyatakan “milik” subjek kalimat, lihat contoh kalimat di bawah ini.
- Dewi seh jegirna. Dewi sangat sombong(nya).
- Sen Budi seh bueena. Uang Budi sangat banyak (nya).
- Juliani genduari seh bayakna. Juliani sekarang sangat kaya (nya).
Kata seh jika ditinjau dari norma bahasa Indonesia, penggunaan ka-ta seh itu kurang tepat, coba perhatikan kedua kalimat di bawah ini.
- Dewi seh jegirna à diartikan, Dewi sangat sombong(nya).
- Dewi sehkal jegirna. à diartikan, Dewi sangat sombong(nya).
Kedua kalimat tersebut seolah-olah maknanya sama (memang sama), tetapi bila diurai kalimat yang berkata seh saja, tanpa kal, maka kata seh bu-kan menunjukkan keterangan penguat, tetapi sangat (adverbia), coba per-hatikan kedua kalimat, yang satu memakai kal, sedangkan yang lainnya tidak memakai kal.
- Sehkal ia, ya, lupa ia tenahku. terj. Terlalu ia, lupa ia tenahku.
- Seh ia, ya, lupa ia tenahku. terj. Sangat ia, ya, lupa ia tenahku.
Jelas, kalimat pertama maknanya berbeda dengan kalimat kedua, bahkan kalimat kedua maknanya tidak jelas, tetapi selalu dipakai oleh masya-rakat. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa dalam penggunaan kata seh telah terjadi “pengkebirian” secara tak sengaja.
3.3.1 Buatlah kalimat dalam bahasa Karo dengan kata-kata dari jalur kiri, lalu
diisikan pada titik-titik.
1. mejile ……………………………………………………………
2. meratah ……………………………………………………………
3. mehuli …………………………………………………………….
4. mejin …………………………………………………………….
5. mbau …………………………………………………………….
6. ntabeh …………………………………………………………….
7. merim …………………………………………………………….
8. metami ……………………………………………………………
9. megara ……………………………………………………………
10. mbiring …………………………………………………………....
(mejile = cantik, meratah = hijau, mehuli = baik, mejin = jelek, mbau =
bau (mt), ntabeh = enak, merim = wangi, metami = tidak cerewet, megara
= merah, mbiring = hitam)
3.3.1 Adjektiva dari kata ulang
Adjektiva dari kata ulang, adjektiva dengan prefiks bahasa Karo ha-nya beberapa saja.
- sinik (verba) à Ia sinik-sinik idungina PR. sinik = diam, i-dung-i-na à i-
prefiks = di-, dung = selesai, -i = sufiks, -na = nya,
- kiam (verba) à Hendrik kiam-kiam peseh berita. kiam = lari, peseh =
menyampaikan, berita =berita
Si pada bahasa Karo ada 4 pengertian, salahsatu diantaranya yang menyata-kan se-,
- Situhuna ngisap erbahan kita sakit.
Sebenarnya merokok membuat kita sakit.
3.4. Adverbia
Seperti yang telah diungkapkan terdahulu, adverbia adalah untuk memberi keterangan pada adjektiva, verba, dan nomina, contoh:
3.4.1 Musa sangat baik. Kata sangat adalah jenis kata adverbia, andainya
tidak memakai kata sangat, atau hanya memakai kata baik saja, maka
dapat ditimbulkan pertanyaan, baik bagaimana? Jawanya: Sangat baik,
atau tidak baik, kata sangat dan tidak itulah adverbia.
3.4.2 Tamu belum duduk. duduk adalah verba, belum menerangkan keadaan
duduk, belum adalah adverbia.
3.4.3 Ayahku hanya petani. petani = nomina (orang), hanya menerangkan
keberadaan petani, hanya adalah adverbia.
Beberapa kata dari jenis adverbia dikutip dari kamus.
dari kamus diterjemahkan ke bahasa Karo
acap, kerap, sering usur à usur reh (datang)
lekas, segera minter à minter tunduh (tidur)
agak/agaknya (sinonim) kepei
akan (yang menyatakan) (sinonim) nandangi à nandangi medem (tidur)
belum langa, lenga à langa maan (makan)
baku (saling) sibenter-benteren, benter = lempar
cuma, hanya (sinonim) ngenca
dapat dat à dat sen (uang)
duyun (sinonim) rulung-ulung à ulung = kerumuni
enggan (sinonim) kemer
entah tah à tah mehuli (baik)
gerangan ndia à einge (itukah) ndia
barangkali tah à tah sakit
lantas (sinonim) minter, mis
makin (sinonim) reh bages-na {bages (mt) = dalam}
mula-mula (sinonim) mula-mulana
kadang, (kadang-kadang) mawen, mawen-mawen à mawen ngadi
(berhenti)
dalam-dalam mbages-mbeges à mbages iukuri (dipikir)
sudah enggo à enggo lawes (pergi)
hampir menam à menam ndabuh (jatuh)
selalu usur à usur nangko (mencuri)
Pada pasal 3.4.1 dinyatakan bahwa kata tidak adalah kata ingkar, kata tidak juga termasuk adverbia, tidak dalam bahasa Karo adalah la, dan pula kata lang = tidaklah, atau lang itu memantapkan kata ingkar, ula = jangan, labo = bukan. Kata la cendrung pemakaiannya pada awal kalimat atau di tengah kalimat, contoh:
- La reh ia. terjemahan àTidak datang ia
- La nggit ia. terjemahan à Tidak mau ia.
- Lang, aku la nggit à Tidaklah, saya tidak mau.
- Adi lang nina, akupe lang. à Kalau tidak katanya, akupun tidak.
- Ula kam jegir. Jangan Anda (kam) sombong.
- Labo si ei si kupilih à Bukan itu yang kupilih.
Perhatikan kata lang, lang tidak dapat digantikan la, walupun la dan lang termasuk kata ingkar. Penggunaan kata lang cendrung pada akhir ka-limat. Pada contoh kalimat di atas (reh ia = datang ia) sudah terlihat kalimat inversi, dan kalimat inversi itu susah diganti dengan kalimat lain.
Kata kal, sa, seh, dan sehkal adalah kata penguat adjektiva yang te-lah dibicarakan pada pasal 3.4, juga kata penguat itu adalah adverbia.
3.5 Kata Tugas
Kata Tugas berfungsi apabila diperlukan oleh kata lain, atau Kata Tugas tidak ditentukan oleh kata itu sendiri, umpamanya ada orang menyebut ke, orang yang mendengar akan bingung, ke bagaimana? Tidak seperti me-nyebut pisang (nomina), orang sudah tahu, pisang untuk dimakan. Tetapi ke itu dirangkai dengan kata lain, seperti pasar, ke pasar orang sudah mengerti apa maksudnya. Demikian pula kata lari (verba), kalau ada menyebut lari,o-rang yang mendengar sudah tahu maksudnya, bahkan kalau ada anak di situ, anak itu akan lari apa bila mendengar kata lari itu. Contoh lain, dingin (adjektiva) orang akan tahu maksud tujuannya apabila menyebut dingin.
Kata Tugas oleh ahli bahasa dibagi dalam lima kelompok: 1. prepo-sisi, 2. konjungsi, 3. interjeksi, 4. artikel, 5. partikel, dan pada kesempatan ini langsung masuk Kata Tugas bahasa Karo.
3.5.1 preposisi
- i Rumah kami i Bekasi.
- ku Anak-anak berkat ku sekolah.
- man Surat enda man bandu. à bandu = kepada Anda, -ndu = kamu
- nari Guru kami i kuta nari. nari = dari
- ras Budi ras Musa sada kelas. ras = dengan, sada = satu
- bas Uis leket bas dahan kayu. uis = kain, leket = tersangkut
- guna Erlajar guna man masa depan. Erlajar = belajar, guna = guna,
man = untuk,
- kenca Musa kenca tereteh pinangkau la nai pang reh. kenca = sejak,
tereteh = diketahui, pinangkau = pencuri, la = tidak. nai = lagi,
pang = berani, reh = datang.
3.5.1.1 preposisi dibentuk dengan kata dasar dengan yang dirangkai afiks
- sideher Sideher Berastagi mbuai isuan kentang. deher (mt) = dekat
mbue = banyak, isuan = ditanam
- kedekah Kedekah anak kami erdahin i Amerika,ia la pernah ngirim berita.
ke = prefiks membentuk nomina turunan, dekah (mt) = lama, er-
= ber, dahin = kerja, la = tidak/tak, pernah = pernah, ngirim =
mengirim, berita = berita
3.5.1.2 preposisi dibentuk dengan dua kata atau lebih
- sea katan Ingan pengadun-ngadunku la lit sea katan kakangku.
ingan = tempat, pe-ngadu-n, pe- prefiks, ngadu =
mengadu, -n = sufiks, -ku = ku, la = tidak, lit = lit, sea =
bukan, katan = kata, kaka-ngku, kaka = kakak, -ngku =
-ku ditambah ng, untuk menunjukkan kepunyaan
punyaan
- seh ngayaksa Seh ngayaksa genduari anakku la ngirim surat.
seh = sampai, ngayaksa secara harfiah ng- ayak-sa, ayak
= kejar, genduari = sekarang, la = tidak, ngirim = me-
ngirim surat
- asangken Asangken kita kundul-kundul ulin kita ndarami perdahin.
asangken = daripada, kundul = duduk, uli = baik, -n mem-
bentuk nomina turunan, n- prefiks = men-, daram = cari,
sufiks -i = -kan, perdahin = pekerjaan.
asakai à secara hafiah asa = berapa, kai = apa dalam hal
ini besar, asangken à asa-ng-ken = -kan
- seh asa genduari Seh asa genduari aku la lit kontak ras ia. seh = sampai, asa
lihat di atas, genduari = sekarang, aku = aku, la = tidak, lit
= ada, kontak = kontak, ras = dengan, sama, ia = ia
3.5.2 Konjungsi
Konjungsi yang biasa juga disebut kata sambung, yang menghu-bungkan dua kata, frasa, klausa, dan dua kalimat atau lebih. Yang dimaksud dengan klausa yaitu pada satu deretan kata-kata ada satu subjek dan satu pre-dikat, dan klausa berpeluang menjadi kalimat, contoh: - Musa sedang mem-baca koran (klausa I), adiknya membuat gambar (klausa II). Klausa (I), Musa merupakan subjek, dan membaca merupakan predikat. Pada klausa (II), adiknya merupakan subjek, dan membuat sebagai predikat. Apabila klausa diakhiri dengan tanda titik (.) maka klausa itu sudah merupakan kalimat, tetapi kalimat tunggal. Klausa I dan klausa II dapat dijadikan satu kalimat dengan cara memberi konjungsi dan à Musa sedang membaca koran dan adiknya membuat gambar.
Konjungsi menurut para akhli dibagi dalam lima kelompok, yaitu: 1. konjungi koordinatif, 2. konjungsi subordinatif, konjungi korelatif, 4. kon-jungsi antarkalimat, 5. kelompok konjungisi antarparagraf.
3.5.2.1 konjungsi koordinatif dalam bahasa Karo
Konjungsi penambahan
- janah à Bapa tawa janah nandepe ikut tawa. tawa = tawa, ras = dan,
sama, nandepe = ibupun, ikut = ikut
- bagepe à Rotipe meherga, bagepe gula meherga. rotipe = rotipun, me-
herga = mahal, gula = gula
Konjungsi pemilihan (tahpe)
- tahpe à Aku ninggahi engko tahpe engko reh ku rumahku. ninggahi,
kata dasarnya singgah = singgah, ninggahi verba turunan dan
transitif, engko = engkau, tah-pe = ntah-pun, engko = engkau
reh = dating, ku = ke, rumah-ku = rumah-ku
à Baju megara tahpe si mbiring ipilihko. megara = merah, tahpe
= atau (pun), mbiring = hitam, i-pilih-ko à i- = prefiks di-,
pilih = pilih, -ko = kau
Konjungsi perlawanan tapina
- tapina à Bapa sinik saja, tapina nande tangis teriluh. sinik = diam, saja
= saja, tapi-na = tetapi, nande = ibu, teriluh = terisak-isak
à Reh ateku, tapina la lit senku. ate = hati à maksud, tapina = tetapi, la = tidak, lit = ada, sen-ku à sen = uang
3.5.2.2 konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. (Pengenalan anak kalimat dan induk kalimat lihat kalimat majemuk pasal 4.7)
Konjungsi subordinatif dibagi dalam sebelas kelompok kecil, seperti di bawah ini.
3.5.2.2.1 konjungsi subordinatif waktu dalam bahasa Karo
- janah à Pemindo-mindo e, mindo janah ia ngangkip anakna. pemindo
= peminta, mindo = meminta, janah = sambil, ng-angkip = gen-
dong, anak-na = anak-nya
- sangana à Ula ngeranai ras supir adi ia sangana njemak stiur. ula = jangan
ngeranai à nge-rana-i à nge- adalah prefiks, rana = sinonim-
nya kata (bicara), tetapi bentuk terikat, -i adalah sufiks, adi =
kalau, sangana = sementara, njemak = memegang, stiur = stir
- kenca à Budi biasa medak erpagi-pagi kenca icaucau nandena alu lau.
medak = bangun, erpagi-pagi = pagi, kenca = sejak, i-caucau
= di-siram, nande-na = ibu-nya, alu = dengan, lau = air.
- sope à Ula man tambar kam sope kam man nakan. ula = jangan, man
= makan, tambar = obat, kam = anda, sope = sebelum, kam =
anda, man = makan, nakan = nasi,
3.5.2.2.2 konjungsi subordinatif syarat (Karo)
- adi Kubayar utangku adi reh ia ku jenda. adi = kalau, reh = datang,
ku = ke, jenda = di sini
- adikin La kudisen adikin ia rajin ridi. la = tak, tidak, kudisen = ku-
disan, adikin = kalau, ridi = mandi
- rehkenca Usur kuinget riah-riahku apaika rehkenca terang bulan
ertambahna kuignet ia. usur = selalu, ku-inget = ingat, riah-
riah-ku à riah (mt) = meriah (pacar-ku), apaika = apalagi,
rehkenca reh = datang, kenca sinonimnya à sesudah, terang
bulan, er-tambahna = bertambah-nya, ku-inget = ku-ingat ia
3.5.2.2.3 konjungsi subordinatif pengandaian
- adikin Adikin lampas kam reh, sempatnge kam tunduk. adikin =
andai-nya, lampas = sinonimnya cepat, kam = kau, tetapi kam
ditujukan kepada lebih tua, atau menghormati orang lain, reh
= datang, sempat-nge = sempat, nge = lah, tunduk = sinonim-
nya bertemu
Pengandaian lain pada bahasa Karo yang dipakai hanya adikin juga..
3.5.2.2.4 konjungsi subordinatif tujuan
- gelah à Tutusi erlajar gelah pedas dung kuliahmu. tutus-i = tutus,-i a-
dalah sufiks untuk verba transitif, gelah = agar, pedas = cepat,
dung = selesai
- maka à Iugur dahanna maka buah mangga e ndabuhen. i-ugur = di-go-
yang, dahan-na = dahan-nya, maka = maka, n-dabuh-en = ber-
jatuh-an,
- ribagia à Ribagia reh ko rusur, Emi tetap labo nggit erjabu ras engko.
ribagia = biarpun, reh = dating, ko = kau, r-usur = ber- selalu,
Emi nama gadis, tetap = tetap, labo = tidaklah, nggit = mau,
erjabu = berumah tangga, ras = dengan, sama, engko = eng-
kau
3.5.2.2.5 konjungsi subordinatif konsesif
- ribagia à Biasana Rudi ugapape reh ribagia wari udan.
biasana = biasanya, ugape = bagaimanapun, reh = dating,
ribagia = biarpun, wari = hari, udan = hujan, ia tetap =
tetap, reh = datang
- enggope à Rudi lalap mabuk-mabukken enggope ia pernah masuk sel po-
lisi. lalap = terus-menerus, mabuk-mabuken = mabuk-mabuk-
an, enggope = secara harfiah sudahpun, secara bebas walau-
pun, pernah = pernah
Konjungsi bahasa Karo kalau dibandingkan dengan konjungsi baha-hasa Indonesia jumlahnya terbatas, sehingga konjungsi yang sudah diguna-kan yang itu juga akan dipakai pada subordinatif konsesif.
3.5.2.2.6 konjungsi subordinatif pemiripan
- tempa-tempa à Deka minter ikut ngerana-ngerana tempa-tempa ietehna
kai si icakapken. minter = langsung, ngerana à nge-ra-
na à nge- prefiks membentuk verba, rana = kata (mt)
tempa = seolah, ie-teh-na à ie- sesungguhnya i saja, e-
itu hanya memudahkan mengucapkan teh, teh = tahu,
kai = apa, si = yang, i-cakap-ken = i- = di-, cakap = ca-
kap, -ken = -kan
- bagi à Baju si nipinjamko isambari bali ras baju si nibeneken-
ko. si = yang, ni-pinjam-ko à ni- = di-, pinjam = pin-
jam, -ko = kau, i-sambar-i à i- = di-, sambar = gan-
ti, prefiks –i = -kan, bali = seperti, ras = sama, baju =
baju, si = yang, ni-bene-ken à ni- = di-, bene = hilang,
-ken = -kan.
- akapna à Situhuna ulah-ulahna ieteh jelma si nterem, tapina
akapna la eteh kalak. situhuna à si-tuhu-na = sebenar-
nya, ulah-ulah-na = perilaku-nya, i-eteh = di-ketahui,
jelma = orang, si = yang, n-terem = terem (mt) = ba-
nyak, tapina = tetapi, e = itu, akap-na secara harfiah
rasa-nya, secara bebas di-kira-nya, la = tak, kalak =
orang, ulah-ulahna
Jelma dengan kalak à perbandingannya manusia dan
orang.
- ugakin à Sepeda si pinjam ko iulihken ugaikin ipinjam ko bageka
iulihken man bangku. si = yang, pinjam = pinjam, ko =
= kau, ugakin = sebagaimana, i-pinjam = di-pinjam, ko
ko = kau, bage-ka = begitu-pula, i-ulih-ken = di-kem-
bali-kan, man = kepada, bangku = -ku
3.5.2.2.7 konjungsi subordinatif penyebaban
- erkiteken à Danak-danak e tangis erkiteken ugahna tagut manuk. da-
nak-danak = anak, e = itu, tangis = metangis, er-kite-ken
à er-ber, kite = titi (jembatan), -ken = -kan, ugah = luka-
na = -nya, tagut = cotok, manuk = ayam.
- perbahan à Motorna mulihi itarik perbahan angsurenna la bayarna.
mulih-i secara harfiah pulang, secara bebas kembali, -i
= sufik yang menjadikan mulih verba turunan, itarik = di-
tarik, per-bahan, bahan secara hafiah bikin, secara bebas
sebab, per- = pe-, angsur-en = angsur-an, la = tak, bayar-na
3.5.2.2.8 konjungsi subordinatif pengakibatan
- piahdungna à Nutuskal atena erlajar piahdungna lupa ia man. nutus-kal
à n-prefiks membentuk tutus menjadi nomina turunan, ate-
na secara harfiah hati-nya, erl-ajar = bel-ajar, piahdungna
piah-dung-na secara harfiah piah organ bagian dalam dekat
hati, dung = selesai, na = nya, secara bebas piahdungna à
akhirnya, lupa = lupa, ia = ia, man = makan
Lupa ia man, demikianlah struktur kalimat bahasa Karo.
- ngayaksa à Kami ngerana-ngerana ngayaksa udan lego. ngerana à
nge-rana à rana (mt) = kata, ngayaksa à nga-ayak-sa
ayak secara harfiah kejar, ngayaksa secara bebas hingga,
udan = hujan, lego sinonimnya berhenti
- emaka à Jelma si adah enggo metua emaka ia enggo mungkuk er-
dalin (dalan). jelma = orang, si = yang, adah = itu, eng-
go = sudah, me-tua à tua (mt) = tua. e-maka = maka, ia
= ia, enggo = sudah, mungkuk = membungkuk, er-dalan
= ber-jalan
3.5.2.2.9 konjungsi subordinatif penjelasan
Konjungsi bahwa dalam bahasa Karo tidak ada, contoh,
- Nina pertenahen ………….. mama la reh.
Kata utusan bahwa om tidak datang.
3.5.2.2.10 konjungsi subordinatif cara
- alu Batu karang igudam alu martil 5 kg minternge sontar batu ka-
rang e. i-gudam = di-pukul, alu = dengan, martil = martel, min-
ter-nge = langsung-lah, sontar = hancur, batu karang = batu ka-
rang, e = itu à kalau tak ada e, maka kalimat dianggap belum
selesai. Seperti lagu Natal, harus ada e, (berngi e)
3.5.2.2.11 konjungsi korelatif
- subuk …….tahpe à I sekolah kami subuk anak si dilaki tahpe si diberu
kundul ras-ras i bas sada ruangan. I = di, sekolah
= sekolah, kami = kami, subuk = baik, anak = a-
nak, si = yang, dilaki = laki-laki, tahpe si = yang,
diberu = perempuan, kundul = duduk, ras-ras =
sama-sama, i = di, bas = dalam, sada = satu, rua-
ngan = ruangan
labo …ngenca …tapina à Yudas labo gutul ngenca, tapina ia nggitka nang-
kau. labo gutul ngenca secara harfiah à bukan
gutul hanya, secara bebas bukan saja, gutul =
bandel, nakal, tapina = tetapi, ia = ia, nggit-ka =
mau-juga, nangkau = mencuri
- ola lebe …...pe à Ola lebe engkau senina bapanape itinjuna. Ola lebe
secara harfiah jangan depan, secara bebas jangan-
kan, engkau = engkau, senina-na = saudara-nya,
bapa-na-pe = bapak-nya-pun, i-tinju-nya = di-
tinju-nya
- ntah …….ntah à Ntah udan ntah lang, aku ugape kudahi teman ri-
ah-riahku. ntah = entah, udan = hujan, lang = ti-
daklah, aku = aku, uga-pe = bagaimana-pun, ku-
dahi =kukunjungi, teman = teman, riah (mt) ku =
gembira-ku,
3.5.2.2.12 konjungsi antarkalimat
Adakalanya kalimat sudah selayaknya diakhiri karena sudah meme-
nuhi syarat, yaitu ada subjek dan ada predikat. Tetapi kalimat itu perlu ditam-bah dengan kalimat baru, karena kalimat itu terasa belum selesai jika tidak di-
sertai kalimat berikutnya. Untuk menghubungkan kalimat itu dengan kalimat berikutnya perlu konjungsi, yang disebut konjungsi antar-kalimat, selidikilah dan pahami konjungsi antarkalimat kalimat-kalimat bahasa Karo di bawah ini.
- lang kinpe à Budi kalakna bujur. Lang kinpe ia nggit kal nampati.
kalak-na = orang-nya, bujur = jujur, lang kinpe secara
harfiah adalah tidaklah kanpun, secara bebas selain
itu, ia = ia, nggit = mau, kal = sangat, nampat à
sampat à nampat-i = membantu-i
- i je nari (jenari) à Nande nukur-nukur lebe ku Pasar Sentral. Je nari nan-
de minter ku Rumah Sakit. nande = ibu, nukur à tu-
kur = beli, nukur = membeli, lebe = depan, dulu, je-
nari = dari situ, nande = ibu, minter = langsung, se-
sudah, ku = ke, Rumah Sakit
- ribagia à Labo kuakap teng-teng bagi si bahan Ketua e. Bagegia
aku labo nongkangi. Labo = tidaklah, ku-akap = ku-
rasa, teng-teng secara harfiah tepat, secara bebas setu-
ju, bagi = seperti, si = yang, bahan = buat, Ketua =
Ketua, bage gia = biarpun, begitu, aku = aku, labo =
tidaklah, nongkangi = menghalangi
3.5.2.2.13 konjungsi antarparagraf
Yang dimaksud dengan paragraf atau alinea adalah bagian bab da-lam suatu karangan. Seperti membuat suatu ceritera atau karangan, yang di-mulai dengan huruf kapital, kemudian disusul dengan urai-uraian dalam ben-tuk beberapa kalimat yang diakhiri dengan titik, jadilah paragraf. Selanjutnya ada lagi paragraf berikut, dan antara kedua paragraf itu perlu konjungsi yang disebut konjungsi antarparagraf. Adapun konjungsi paragraf bahasa Indo-nesia: Adapun, Akan hal, Mengenai, dan Dalam pada itu. Dalam buku lama ada terdapat konjungsi antarparagraf à Arakian, Alkisah, Sebermula, dan Syahdan, tetapi tidak populer lagi.
Contoh konjungsi antarparagraf dari Adapun,
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Adapun penduduk kota Berastagi suka bekerja keras, tidak mengha-
rapkan pemberian pemerintah. bahasa Karo à Litkinpe jelma kota Berastagi nutus kal atena erdahin. Litkinpe = adapun, nutus-kal kata dasarnya tutus, nutus, n- membentuk verba, -kal = sangat, ate-na = hati-nya, er-dahin = bekerja.
3.6.1 Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan manusia, ada bernada negatif, positif, keheranan, dan bernada netral atau campuran.
Interterjeksi bernada positif dalam bahasa Karo:
- andikau à Andaikau, jilena anak perana adah (bernada positif)
jile-na = gagah-nya, anak perana = pemuda, adah = itu
Kadang-kadang ada kata tambahan (kalake), terutama oleh perem-puan, Andikau kalake, jilena anak perana adah. Sebenarnya kalak-e artinya orang itu, tetapi pada kesempatan ini kalake berubah menjadi interjeksi, bah-kan disebutkan kalake saja, Kalake, jilena anak perana adah.
- nde à Nde, adi kuidah kenca kena enggo malem ateku (ber-
nada positif). adi = kalau, ku-idah = ku-lihat, kenca =
sesudah, kena sesungguhnya menyatakan kalian, tetapi
pada kesempatan ini maksudnya anda (kam), enggo =
sudah, malem boleh menjadi puas, malem = dingin,
boleh juga malem = sembuh dari penyakit, ate-ku =
hati-ku
- nde à Nde, anakku lalap engko nebu-nebu aku (bernada
negatif), anakku = anakku, lalap = terus-menerus, eng-
ko = engkau, nebu kata dasarnya tebu = tipu, nebu =
menipu, aku =aku
Adapula kata interjeksi nde atau andikau ditambah dengan kal, kal = sangat à andikaukal, ndekal.
- i …. à I……, kugakin ko ei (bernada heran) kuga-kin =
bagaimana-kah, ko = kau, ei = itu
- andih à Andih, mesui kal (bernada sedih) mesui = sakit, kal =
sangat.
- eak à Eak, sekali endape aku la lulus tes PNS (bernada nega-
tif). sekali = kali, enda-pe = ini-pun, aku = aku, la =
tidak, lulus = lulus, tes PNS
3.6.2 Partikel
Diulang kembali bahwa Kata Tugas ditentukan bukan oleh kata itu sendiri secara lepas, tetapi ada kaitannya dengan kata lain, frase, atau kalimat. Apalagi partikel yang merupakan potongan yang ada hubungan dengan poto-ngan lain, seperti: akan, saling, ini, itu, yang dan lain-lain. Ada partikel lepas/kedudukannya mendahului kata lain, adapula pertikel melekat dengan kata lain, seperti : -kah, -lah, si- dalam bahasa Indonesia.
Partikel bahasa Karo adalah: -kin, -min, pe, -bo, gia dan si (-si), seperti contoh:
- -kin (-kah) à Isekin perbulangendu? ise-kin = siapa-kah,
per-bulang-en-ndu à per- prefiks membentuk
nomina, -bulang secara harfiah surban, secara
bebas suami, -en sufiks pasangan per-, -ndu =
mu ucapan secara kasar ndu ucapan secara
halus
- -kin (-kah) à Pangkin ko ngelawan polisi? pang = berani,
ko = engkau, nge-lawan = me-lawan, polisi =
polisi
- -min (-lah) àUla (ola)-min kam nongkangi ibas rapat. ula
= jangan, -min = -lah, kam = kau ucapan ka-
sar, kam ucapan hormat, nongkangi mela-
wan arus, i = di, bas = dalam, rapat = rapat
- -min (-lah) à Ambekkenmin sampah ena ku bakna. ambek-
ken –min, ambek = buang, -ken = -kan, min-
= lah, sampah = sampah, ena = itu, ku = ke,
bak-na = bak-nya
Penulis mengharapkan, segala sesuatu jangan dipaksakan, seperti partikel pun, partikel pun dalam bahasa Indonesia ada yang melekat dengan kata lain, tetapi ada pula pun lepas dengan kata lain, seperti :
- Anak-anak pun dapat berbuat seperti itu. Pun disitu jangan dipaksakan me-
lekat dengan kata anak-anak, karena pun itu dapat dipakai juga. à
- Anak-anak juga dapat berbuat seperti itu.
Partikel pun yang melekat dengan kata lain, seperti,
- Walaupun memberikan uang banyak, Anda tak mungkin lulus kalau nilai
ujian tidak memenuhi syarat. Coba pun itu diganti dengan juga, Walau
juga memberikan uang banyak, Anda tak mungkin lulus kalau nilai ujian
tidak memenuhi syarat, kacau, bukan?
Demikian dengan pe (pun dalam bahasa Indonesia), ada yang mele-kat dengan kata lain, dan ada juga lepas. Perhatikan pe pada kalimat di bawah
ini.
- Cur-cur panasna perbahan uari pe paksana ciger.
- E pe dalin pinter nge.
Penggunan pe dalam kalimat di atas agak janggal. Penempatan pe
(juga), yang benar, seperti,
- Bage pe nande beru Ginting ikut kange.
- Labo kadengku pe mesui.
Hal pe ini bagi orang yang tahu bahasa Karo, baru bisa.
Partikel -bo
- -bo à Anak diberu gia si tubuh labo dalih. anak = anak, diberu =
perempuan, gia = pun, kadang menjadi -lah, si = yang, tubuh
= lahir, labo = tidaklah, dalih sinonimnya masalah
- à Ia la naibo terteki. ia = ia, la = tak, nai-bo = lagilah, ter-teki
= terpercayai
- gia à La gia ia reh dunge sibahan perdahinta. la = tidak, tak, gia =
pun, ia =ia, reh = datang, dung-e = selesai, -e sinonimnya juga,
si-à menjadikan kata bahan dapat dipakai à bikin, per-dahin-
ta à per- = pe-, dahin = kerja, -ta (kita)
- gia à Adi bage, la padah (pedah) gia, aku ikut. adi = kalau, bage =
begitu, la = tak, tidak, padah = usah, -gia = -lah, aku = aku,
ikut = ikut
Tampaknya kata gia di ini yang tepat –lah.
Partikel si ada 3 kemungkinan
sebagai artikel
- Si à Si Musa ras si Budi enggo kuliah i Medan.
à Si Barus enggo erjabu. enggo = sudah, er-jabu = rumah,
er- jabu = ber-rumahtangga
sebagai yang
- yang à Rumahna si apai. rumah-na = rumah-nya, si = yang
apai = mana
à Si apai jelmana. Si = yang, apai = mana, jelma-na = orang-
nya
sebagai prefiks yang menyatakan saling,
- si- à Siantusenmin kita kerina. antus-en-min à antus = mengerti,
-en = -an, min = -lah, kita = kita, kerina = semua
à Siajar-ajaren gelah reh rezeki. ajar = ajar, -en = -an, gelah =
gelah = agar, reh = datang, rezeki = rezeki.
Sebagai prefiks si-
- si- à Simehulina kam pedas reh. Si-mehuli-na à mehuli = baik,
-na = -nya, kam = kau, tetapi kasar, kam à hormat, pedas =
cepat, reh = datang
- si- à Ia kalak simehamat. Ia = ia, kalak = orang, si-mehamat à
si- = ter, me-hamat = hamat (mt), mehamat = hormat
- si- à Kalak simerawa mehangkai kalak kerina. kalak = orang,
si-merawa à si- = menjadikan, rawa (mt) merawa secara
harfiah marah, secara bebas simerawa orang pemberani,
me-hangkai (-ke)à hangkai (mt) me- menjadikan hang-
kai dapat digunakan, mehangkai = segan, kalak = orang,
kerina = semua
simbisa adalah orang yang berani,
IV. KALIMAT BAHASA KARO
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang-we-nang dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk mela-hirkan perasaan dan pikiran (KBBI, 1990), yang dituangkan melalui kalimat.
Dan yang dimaksud dengan kalimat adalah sederetan kata-kata yang disusun sesuai dengan kebutuhan kalimat maka para ahli bahasa membagi kata-kata menjadi 5 jenis, yaitu, nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan Kata Tugas. Selain membagi jenis kata, juga penempatan kata, seperti subjek, yang duduk pada subjek adalah nomina, pronomina, pada predikat adalah verba dan ad-jektiva, dan untuk melengkapi kata ada adverbia dan Kata Tugas. Oleh ka-rena itu, tidak boleh menempatkan kata sembarangan. Contohnya kata-kata: kucing kambing ayam kuda batu ataupun tidur lari terbang makan keras, masing-masing kedua kelompok kata-kata tidak jelas maksudnya, tetapi sete-
lah kata kucing digabung dengan tidur à kucing tidur kita sudah mengerti maksud kelompok itu. Demikian pula batu dengan keras à batu keras, atau-pun kata kuda dengan lari à kuda lari, pengabungan kata itu kita sudah me-ngerti tujuannya.
Seiring dengan kata-kata yang dibutuhkkan kalimat, ada pula subjek, predikat, objek/ pelengkap dan keterangan, yang perlu diketahui perannya da- lam kalimat, seperti diuraikan di bawah ini.
4.1 SUBJEK
Yang dimaksud dengan subjek dalam ilmu bahasa adalah pokok ka-limat yang berasal dari jenis kata nomina, pronomina yang menjadi pelaku dalam kalimat, atau sumber berita pada kalimat berita, contoh dari bahasa Ka-ro:
- Kucing kiam. à kucing = kucing, kiam = kiam
- Perik kabang. à perik (piduk) = burung, kabang = terbang
- Ia makan. à ia = ia, man = makan. Kata-kata sebelah kiri, atau awal kali-
mat adalah subjek. Kata-kata sebelah kiri kalimat yang bertulis kucing, perik, adalah nomina, dan ia adalah pronomina dari kata kata dasar, sedangkan yang disebut nomina turunan adalah kata dasar ditambah prefiks, umpamanya à mela (malu) + per- à permela, permela adalah orang, yang disebut nomina turunan atau dijadikan nomina, untuk lengkapnya nomina turunan baca pasal 3.1
Kucing, ia, dan perik adalah subjek kalimat, dan duduk sebelah ka-nan subjek, predikat.
4.2 Predikat
Sesungguhnya mengenai subjek dan predikat telah disinggung pada pasal 2.1 dan pasal 2.2, sedangkan pada pasal 4.2 ini adalah membicarakan predikat bahasa Karo.
Predikat dalam kalimat adalah melakukan predikat verbalnya; arti-nya subjek melakukan apa disebutkan predikat (tertulis), tetapi jangan lupa bahwa, yang duduk dalam predikat dari jenis verba atau adjektiva. Hal verba dan adjektiva baca pasal 3.2 dan pasal 3.4, contoh: medem, kundul, kiam untuk verba, dan piher, ntebu untuk adjektiva.
Adapun predikat seperti yang dijelaskan, menandai apa yang dila-kukan subjek, maka predikat berada di sebelah kanan subjek; jadi pada titik (…………) sebelah kiri kalimat adalah tempat subjek, dan coba isi pada titik dari nomina, atau pronomina.
………….. medem.
………….. kundul.
………….. kiam.
…………. piher.
…………. manis.
Kata-kata medem, kundul, kiam (verba) adalah kata dasar, ada pula kata-kata berasal dari kata dasar menjadi verba à yaitu diawali prefiks ng-dengan kata angkip, à ngangkip menjadi verba turunan, tempatnya sebelah kanan subjek, perhatikan verba turunan di bawah ini, yang berada sebelah kanan kalimat.
kata dasar prefiks verba turunan subjek predikat keterangan
susun (tata) n- nusun Ulina nusun baju pagi.
juma (kebun) er- erjuma Mama erjuma i deleng.
tambah n- nambah Kam nambah ?
buah (buah) m- mbuah Durinku mbuah kal.
erga (harga) meh- meherga Bajuna meherga.
Verba turunan bahasa Karo, untuk lengkapnya baca pasal 3.2.1
4.3 objek
Telah diketahui peran predikat, yaitu melakukan predikat verbalnya,
atau predikat berasal dari jenis verba contoh: kiam (lari) dan nganggeh (cium). Kalau dibuat kalimat: Kuda kiam. kuda = kuda, kiam = lari, kalimat ini lengkap, tetapi à Aku nanggeh (cium), kalimat ini belum lengkap karena ada kata nganggeh, nganggeh apa? nganggeh bau, à Aku nganggeh bau, kata bau itu adalah sebagai objek. Bagaimana kalau kata bau dihilangkan, bau dihilangkan maka kalimat tidak lengkap. Jadi, objek adalah bagian penting ju-ga dalam kalimat. Siapakah yang menentukan objek? Atau siapakah memilih bau pada kalimat, Aku nganggeh bau? Jawabnya: verba (kata kerja) ngang-geh. Dengan demikian, verbalah yang menentukan objek. Lalu bagaimana dengan kiam (lari) pada kalimat, Kuda kiam (lari)? Jawabnya: verba juga, tetapi verba yang tidak memerlukan objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa, verba ada memerlukan objek yang disebut verba transitif, dan verba transitif yang membentuk kalimat aktif transitif, dan ada pula verba tidak memerlukan objek yang disebut, verba intransitif yang membentuk kalimat aktif intransitif.
Pada kalimat aktif transitif ada tiga bagian inti yaitu: subjek, predikat, dan objek (SPO), dan pada kalimat aktif intransitif hanya dua bagian inti, yaitu: subjek dan predikat.
Coba buat kalimat SPO dengan kata-kata sebelah kiri.
1. ngangkip ………………………………………………………………
2. natap ………………………………………………………………
3. ngugur ………………………………………………………………
4. ngongkil ………………………………………………………………
5. nipak ………………………………………………………………
4.4 keterangan
Kalimat intransitif tidak memerlukan objek, atau kalimat aktif in-transitif terdiri dua bagian inti, yaitu, subjek dan predikat, contohnya à Kuda lari, kalimat kuda lari boleh dikembangkan dengan menambahkan keterang-an. à Kuda lari ke hutan, atau kuda lari ke sawah. Ke hutan atau kesawah adalah keterangan, yaitu kerangan tempat, ada pula keterangan cara, dan la-in-lain, dan untuk jelasnya keterangan silakan baca pasal 2.5.
4.5 kalimat berpelengkap
Ada kalimat yang berbunyi, Kapal terbang nusur i Polonia. Apabila kata-kata i Polonia dihilangkan, maka kalimat kapal terbang nusur belum selesai, jadi, i Polonia adalah bagian penting, atau i Polonia merupakan pe-lengkap, yang menjadikan kalimat berpelengkap.
Kalimat berpelengkap terdiri dari tiga bagian inti, yaitu: subjek, pre-dikat, dan pelengkap. Yang dimaksud dengan inti adalah bagian yang harus ada. Kalimat berobjek juga terdiri dari tiga bagian inti, tetapi berbeda dengan kalimat berpelengkap. Kalinat berobjek boleh dibalik, seperti, Rudi mencuri mangga, boleh dimulai dengan kata mangga à Mangga dicuri Rudi, se-dangkan kalimat berpelengkap Kapal terbang nusur i Polonia, bagaimana membalikkannya? Jadi, kalimat berpelengkap tidak bias dibalikkan.
Selesaikan kalimat di bawah ini!
1. Aku merhat ………….. à merhat = ingin
2. Kami mentasi …………. à mentasi kata dasarnya bentas = lewat
3. Minterme ia ………….. à minter-me à minter = langsung
4.6 jenis-jenis kalimat
Telah dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah sede-retan kata-kata disusun sesuai dengan kebutuhan kalimat, tetapi tidak sela-manya kalimat terdiri dari deretan kata, adakalanya kalimat terdiri dua kata saja, tergantung situsai. Umpamanya pada situasi sementara kita berjalan, di depan kita tiba-tiba ada burung terbang. Pada situasi seperti itu, kalimatnya cukup dengan dua kata saja à Burung terbang. Kalimat seperti itu disebut kalimat dasar. Walaupun disebut kalimat dasar, tetapi kalimat itu sudah leng- kap karena orang sudah mengerti tujuannya, atau pada kalimat itu sudah ada subjek dan predikat.
Adapun kalimat dasar disebut juga kalimat tunggal, terdiri dari sub-jek dan predikat. Kalimat tunggal dibagi dalam 5 macam terdiri dari : kalimat aktif intransitif, kalimat ekatransitif, kalimat semitransitif, dwitransitif, kali-mat pasif, lalu ada lagi kalimat nominal, kalimat berita, dan kalimat inversi.
4.6.1 Kalimat aktif intransitif
Kalimat aktif instransitif dibentuk oleh verba intransitif, dan verba intransitif sama artinya dengan kata kerja tak mempunyai objek. Pada kalimat
intransitif hanya ada dua bagian inti, yaitu subjek dan predikat. Kalimat in-transitif boleh diperluas dengan menambahkan beberapa kata, seperti kalimat,
Burung terbang à boleh ditambah dengan kata dari pohon ke pohon. Walau-pun telah ditambah dengan kata-kata dari pohon ke pohon, subjek dan predikatnya tetap sama, yaitu à Burung (subjek), terbang (predikat) dan dari pohon ke pohon bukan inti, kata-kata itu merupakan keterangan à keterangan tempat, contoh lain bahasa Karo:
- Anak-anak landek i gedung kesenian. Anak-anak (subjek), landek (pre-
dikat), sedangkan, i gedung kesenian merupakan keterangan tempat.
- Biang ngereng deher rumah mama. Biang (subjek), ngereng (predikat),
sedangkan deher rumah mama, merupakan keterangan tempat.
- Kami enggo kundul ibas pukul 5.00 karaben. Kami (subjek), enggo kundul
(predikat), sedangkan i bas pukul 5.00 sore (keterangan waktu).
- Rebih (i disebut agak panjang) Budi rubati. rebih (keterangan waktu)
Budi (subjek), rubati (predikat)
Landek = menari, biang = anjing, ngereng = menggonggong, deher = dekat, mama = saudara ibu, enggo = sudah, kundul = duduk, rebih = kemarin, rubat = berkelahi,
Ada verba intransitif bila ditambah sufiks –i menjadi transitif à
ngereng (verba intransitif), ngereng+i à ngerengi (verba transitif)à Biang ngerengi jelma mentas. Biang = subjek, ngerengi = predikat (verba transitif), à jelma mentas = objek
Ada pula menanbah ng- dan sufiks i, à Anak perana ngelandiki singuda-nguda. Anak perana (subjek), ngelandeki (predikat ) verba transitif, singuda-nguda (objek)
4.6.2 Kalimat ekatransitif
Kalimat ekatransitif dibentuk oleh verba ekatransitif, yaitu memer-lukan objek, dan objek berasal dari jenis nomina atau pronomina.
Kalimat ekatransitif adalah merupakan perbuatan, dan predikatnya memakai me-(mem-, men-, meng, dan meny-), seperti kata: me-nari, memu-kul, me-nanam, meng-gali, dan me-nyanyi. Untuk bahasa Karo prefiksnya, yaitu: m-, n-, ng-, contoh:
m- (benter) à Budi menter mangga. Budi (subjek), benter à menter =
melempar (predikat), mangga (objek).
sebenarnya kata menter secara kebahasaan Karo à
mbenter, tetapi b- hilang menjadi m-enter. Demikian pula
tentang mentar = putih, secara kebahasaan Karo à
mbentar menjadi mentar saja.
n- (tabah) à Bapa nabah galuh. Bapa (subjek), tabah à nabah =
tebang (predikat), galuh = pisang (objek)
ng- (kawil) à Musa ngkawili nurung. Musa (subjek), kawil = kail, ngka-
wali (predikat), nurung = ikan (objek).
4.6.3 Kalimat semitansitif
Kalimat semitransitif terdiri tiga bagian inti, yaitu, subjek, predikat dan pelengkap. Pelengkap dari jenis kata nomina, verba, dan ajektiva. Walau-pun kalimat semitransitif terdiri dari tiga bagian inti, tetapi kalimat semi-transitif tidak dapat dibalik, seperti kalimat yang mempunyai objek. Amatilah
kalimat di bawah ini.
- Bapa erburu napuh ku kerangen tua. er-buru = ber-buru, napuh = kancil,
ku = ke, kerangen = hutan, tua = tua
- Kaka naptapi ku lau belin. kaka = kakak, naptapi à taptap = cuci,
naptap-i = mencuci, ku = ke, lau = sungai, belin = besar
- Aku merhat man durin. aku = aku, merhat = ingin, man (a nya agak
panjang), durin = durian
4.6.4 Kalimat dwitransitif
Perhatikan kedua kalimat di bawah ini!
1. Budi mencari pekerjaan.
2. Budi mencarikan pekerjaan
Pada kalimat (1) jelas makna kalimat à Budi mencari pekerjaan, te-tapi pada kalimat (2) dengan menambahkan -kan maka makna kalimat tidak jelas, seolah-olah kalimat itu menuntut pekerjaan, pekerjaan untuk siapa? Bila ditambah dengan kata adiknya pada kalimat itu menjadi à (3) Budi mencarikan pekerjaan adiknya. Dengan menambahkan adiknya pada kali- mat itu menjadi jelas maknanya.
Pada kalimat (1) Budi (subjek), mencari (predikat), pekerjaan (objek), kalimat itu termasuk ekatransitif, tetapi pada kalimat (3) di belakang subjek ada dua kata (mencarikan dan pekerjaan) yang menjadikan kalimat itu sempurna. Bila kita menoleh kembali ke kalimat semitransitif, predikatnya memerlukan pelengkap maka pada kalimat (3) adiknya merupakan pelengkap, sehingga mencarikan pekerjaan merupakan predikat, yang disebut predikat dwitransitif .
Contoh ke bahasa Karo
- Musa ndarami perjumaan.
- Musa ndarami perjumaan (kalimat tidak jelas), tetapi ditambah bibi à
- Musa ndarami perjum aan bibi. ndarami perjumaan (predikat dwitranstif)
- Layasi nuan rimo.
- Layasi nuanken rimo (kalimat tidak jelas), tetapi setelah ditambah agina
à Layasi nuanken rimo agina. nuanken rimo (predikat dwitransitif)
4.6.5 Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang menunjukkan subjek merupakan tujuan dari pekerjaan predikat verbalnya. Mengingat kalimat ekatransitif da-pat dijadikan pasif, maka pada kalimat pasif ada tiga bagian inti. Tetapi pada kalimat ekatransitif subjek dinyatakan pelaku, sedangkan pada kalimat pasif subjek adalah tujuan predikat verbalnya, sehingga bila dibagankan seperti bagan di bawah ini.
Kalimat ekatrnsitif
subjek predikat objek
à
Bapa ngayak pinangkau. à ng-ayak = mengejar, pinangkau
= pencuri
Rudi ngema Ratna. à ng-ema = mencium, Ratna =
Ratna
Musa nangkau mangga. à nangkau à tangkau = curi,
mangga = mangga
Kalimat pasif
Subjek predikat
ß
Pinangkau iayak Bapa. à pinangkau à tangkau = curi, pinangkau
= pencuri, i-ayak = di-kejar,
Ratna iema Rudi. à i-ema = di-cium
Mangga itangkau Musa. à mangga = mangga, i-tangkau = di-curi
4.6.6 Kalimat nominal
Tidak selamanya predikat kalimat berasal dari verba/adjektiva, tetapi ada juga predikat nomina, sehingga kalimat yang dibentuknya disebut kalimat nominal. Kalimat nominal berlaku apabila dalam deretan kata-kata nomina memenuhi syarat untuk djadikan subjek dan predikat, contoh :
- Roti buatan Ratna enak. Roti buatan Ratna adalah sebagai subjek, sedang-
kan enak merupakan predikat. Ketika enak (predikat) dihilangkan, yang
tersisa, Roti buatan Ratna, ketiga kata itu adalah nomina, yang apabila ti-
dak ada sesuatu untuk melengkapi maka ketiga kata itu merupakan frasa
(kumpulan kata). Tetapi setelah kata –roti- dirangkai dengan kata ini, ma-
ka muncul kalimat à Roti ini buatan Ratna. Roti ini sudah dapat menjadi
subjek, sedangkan buatan Ratna merupakan predikat. Dalam sederetan ka-
ta-kata ada subjek dan ada predikat, deretan itu dikategorikan sudah dapat
dikatakan kalimat.
Contoh lain dalam bahasa Karo. Ia guru kami. Kata-kata seperti itu seringkali terdengar diucapkan orang, tentu orang itu merasa sudah benar. Tetapi bila ditinjau dari tata bahasa, Ia guru kami, di situ belum jelas predi-katnya, sebab kalau dari kalimat aktif, okey, tetapi kalau dari kalimat pasif maka guru kami adalah Ia, tampaknya bolak-balik.. Setelah partikel adah disisipkan antara Ia dengan guru kami, Ia adah guru kami, atau partikel meà Iame guru kami, sudah jelas tujuannya.
4.6.7 Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitakan sesuatu hal kepada pendengar atau pembaca. Kalimat berita terdiri dari beberapa macam kalimat, seperti kalimat aktif, pasif, nominal, maupun kalimat inversi. Con-toh dalam bahasa Karo:
- Kuidah mobil Toyota nendeng kalak erdalin. (kalimat aktif) ku-idah = ku-
lihat, n-endeng à tendeng = tabrak, kalak = orang, er-dalin = ber-jalan
- Rebih erpagi-pagi lit perambpok itembak polisi. (kalimat pasif) rebih =
kemarin, erpagi-pagi = pagi, lit = ada, perampok, i-tembak = di-tembak,
polisi = polisi
- Pegawai si adah si korupsi. (kalimat nominal) si = yang, adah = itu, si =
yang, korupsi = korupsi
- I bas beloken dalin ndabuh mobil ku embang. (kalimat inversi) i = di,
bas = dalam, beloken = belokan, n-dabuh = jatuh, mobil = mobil, ku = ke,
embang = jurang
Kalimat berita dalam bentuk tulis diakhiri dengan tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan intonasi menurun.
4.6.8 Kalimat inversi
Kalimat inversi adalah predikat mendahului subjek, yang pemakai-annya tampaknya mengarah kepada menyanggah, contoh dalam kalimat se-derhana, Budi hendak melamar Yati.
- Budi : Aku mau melamar Yati.
- Badu : (yang menurut Badu, Yati tidak pantas untuk Budi), lalu ia ber-
komentar, melamar Yati?
Contoh lain,
Amat : Saya mau membangun rumah beton.
Amit : Membangun rumah beton biayanya besar.
Kalimat, melamar Yati, didahului dengan melamar (predikat), se- dangkan (subjek) Yati, berada dibelakang kalimat.
Contoh berikut berikutnya:
Kalimat, Membangun rumah beton biayanya besar, didahului dengan
membangun (predikat), rumah beton (subjek). Pada kedua contoh kalimat ter-sebut, seolah kalimat menyanggah atau merasa tidak mungkin, itulah kalimat inversi. Tetapi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat in-versi adalah pembalikan susunan kata, dan menurut kamus itu kalimat inversi tak lazim dipakai. Berbeda dengan bahasa Karo, pada bahasa Karo sangat banyak menggunakan kalimat inversi.
Contoh:
Contoh yang dipetik dari ceritera rakyat Pawang Ternalem sebanyak tiga bagian, yang dituangkan ke dalam buku oleh R. Bukit, mantan Penilik Sekolah tahun-tahun 1965-an. Adapun yang dipetik itu sudah disederhanakan, seperti kalimat “Minter m’ia nangkih batang nggecih.” à “Minterme ia nang-kih batang nggecih.” Dan yang dicari adalah subjek dan predikat saja, karena yang dicari kalimat inversi.
Anak Perana Perlajang Mentasi Kerangen Tua
Adi lit bage, buah kayu eme ipan Sembiring mergana, jumpa bu-lung kayu si nguda eme iulam, palaren ia la ningen lumben i tengah ke-rangen tua. Dem kal kebiaren, apai la bage iidah perlajang ndauh-ndauh nari sada badak meliar, enggeltus. Andiko, mbiar kal anak Sembiring mergana la teralang. Minterme ia ngenangkih batang nggecih. Nggirnggir kal ia natap i datas nari. Kenca mentas badak ndai maka enggo mulih kesah anak Sembi-ring mergana. E maka nusur ia, ia nerusken perdalinenna mentasi kerangen si melungun. La erngadi-ngadi jumpa ia i bas kerangen tua e, belkih ras rangona, bage pe uili ras wangkahna. Perban galang wangkah e, gedang ka sawitna, rukur anak Sembiring mergana anahna erdalin, rubia-rubia si enda labo dalih man bangku, nilahnge ia adi jumpasa manusia. Sambarka uarina, sekali enda rembang sangana pantek ciger, jumpa ia ras nipe sawa, ringki jine, beliden asang kuran si galang. Manai kel langlang senggetna, seh nder-kuh perlajang perban biarna. Nggirnggir bitesna manai tehna jermukan. “O, isekin engko, kutelinme engko sendah, sendah narime ngenca uarimu, la enggo penah manusia pang merjat kerangen inganku enda, pala lebih kal kinigurunmu,” nina ringki ei.
“Adi telin kin aku nindu o, nini si mada kerangen, telinlah! Adina mate ma lampas kal aku jumpa ras bapa, bagepe ras nande beru Ginting,” ngandung anak melumang, alu merendeh sorana erkesi-kesi rikut biarna.
“Adi bagekin la banci engko kutelin, perbahan engko la erbapa la ernande. Adi kutelin ko, nembeh kal Dibata,” nina ka nipe sawa ndai. “Ku japange perdalinenku, o, nini,” nungkun anak Sembiring mergana anahna mungkuk, janah ikelewetina alu dem kebiaren. “Bagenda, (bage enda) ……..
ola nai engko tangis, tangkel kari pinakitmu. “Ikut-ikut bekasku adah. La nai ndauhsa, kenca mate bekasku kari, jumpa ko sada batang kayu mbelin ningen meganjang, meranti gelar kayu e. Minter nangkih ko, kencana engko seh i datas tatap ku sunduten, daksina, kahe-kahe ras kolu-kolu. I japa kari idah ko cimber api, i jeme kuta,” bageme nina nipe muatna sirang ras anak perana si lumang.
Hio, berkatme anak Sembiring mergana. Kenca idat batang kayu mbelin, minter inangkih anak si lumang batang kayu meranti tua e, she tuhu ganjangna. “Reh kal ko angin meter, o, angin kabakaba maka telpung kal ba-tang meranti enda maka lampas aku jumpa ras nande, ras bapa,” nina anak Sembiring mergana. Bage gia pemindon anak Sembiring mergana, la reh angin meter, bulung-bulung pe la kemuit, la kange sahun ia mate. Itatap Sembiring mergana kempak ku sunduten. Lit payo gebuk api, erdigal kal itatap Sembiring mergana. “O, nande, ndauh denga kal gebuk api adah, bi-cara idalani dua tah telu berngi agakna maka aku seh, e pe adi dalin pinter, enda dalin pe labo lit, apai kerangen tua,” nina ukur anak si lumang. E maka piah nusur anak Sembiring mergana, iteruskenna erdalin mentasi kerangen
si mesawang. Gedang-gedang udalin ibegi anak si lumang, sora kulikap-kulikap erkiah-kiah, sora imbo ernubung, sora mawas ercah-cah, sora enggang erenggrak, sora kuliki erkulik-kulik, sora uo erkuo, bage pe ndauh-ndauh nari sora gajah ernguak.
Dungna kal jumpa ia lau mbelin, idahna lit batang-batang i tengah lau mbelin. I jeme ipedemken anak si lumang. Ope tunduh, ersura-surame ia, meder kal ko udan bas berngi enda gelah mbelin lau, minter kari mombak
aku ku berneh o, nande bapangku, manai kal langlang suina geluhku.
Pepagina terangka uari, lampas ia medak. La kange reh lau mbelin. E maka itadingken anak Sembiring mergana batang-batang ndai.
Inversi : 40
Non inversi : 15
Sembiring mergana erpetala-tala ras arimo
Sangana ia erdalin mentasi kerangen tua e, rempet ia erpetala-tala ras arimo si mbelin, mburagas kepeken si gedangna la kurang sada depa ka-lak gedang. Erngaur megang mburagas, tempa-tempa njerngem langkah mburagas. Andiko, jebab naringe anak Sembiring mergana. Nderkuh ia erkiteken enda denga ia jumpa ras arimo sibagenda belinna, bagi dagangen mbentar ayo perlajang si nguda. Idah Sembiring mergana sawit arimo si te-lap, si mahan tambah biarna. Menam keri belas-belas Sembiring mergana. Erngaur ka mburagas.
“O ……….mateme engko sendah kujerngem, la penah manusia pang mentasi kerangen inganku enda. Tah kimawen lit kelebihenmu,” bage-me sora arimo la erngadi-ngadi.
“Adi ipankin aku, o, nini si mada kerangen panme gelah, teka-teka lampas kal aku jumpa ras nande, bage pe ras bapa ndube. Endame kal sura-surangku o, nini si mada kerangen. Gia labo lit nari sijorena sikerajangen-ku. Madinme aku mate gundari,” ngerana anak Sembiring mergana, iher ngandung. Suksuk naringe ia janah nggirnggir bitesna. Itutupi sembiring mergana ayona salu tanna duana.
“Iyah, perbahan engko la ernande ras erbapa, engko la biak man pangan. Adi kujerngem engko, je nari kupan, ersalah aku man Dibata, “ nina
arimo ndai. Dungna piah melemuk arimo ndai, mania bagi sitangtang ndube. Meh takal anak Sembiring mergana ngaloken si enda kerina.
Kenca bage ituduhken nini kerangen tapin Datuk Rubia Gande, si la
ndauh sirang perjumpanna mburagas ndube.
kalimat inversi sebanyak 17 kalimat
kalimat non inversi sebanyak 10 kalimat.
Perjumpan ras Datuk Rubia Gande
Deher tapin ndaime Sembiring mergana kundul i datas batu. Latih kal akapna, curcur panasna perbahan rembang uari pe paksana ciger. Tupung e ku lau nini Datuk Rubia Gandai. Minter idah anak Sembiring mergana sekalak tua-tua si ope tandaina. Mbiar kal ia.
“Iah………engko kalak petua-tuaken, ngkai maka engko pang ku tapinku enda? Sienggona isepe mabo pang ku jenda. Pala lit mawen beteh-betehenmu. Engko mate sendah, la tampil lang. Kentisik nari engko ipan-cung simbisangku,” ngerana Datuk Rubia Gande. Isapu-sapuna janggutna si nggedeang, janahna njerleng tetap ku anak perlajang, simanai iteh jermu-ken. “Adi ipancung nindu sehkenlah niatndu, o, nini Datuk Rubia Gande. Dah, kam ola kal tama gelutndu, aku enda anak melumang. Aku la ernande, la erbapa, kam kap, o, nini jine si mada pertimbangan, ola kam erayo,” nina perlajang merendeh. Je nari rende anak Sembiring mergana. Medale ningen meriso kal sorana ibegi Datuk Rubia Gande.
Kai getuken dahan lulang,
la pe nigetuk maler duruhna.
Kai getukan anak melumang,
La pe nigetuk maler iluhna.
Naktak kunukan iluh Datuk Rubia Gande megi sora kempuna ren-de. Perbahan kai, terkuit kal akapna pusuhna. Eme sababna maka piah ia la mindo tole, gelah ituriken Sembiring mergana terdauhen geluhna.
“Ibegiken nini, maka rende aku sekali nari,
Gambas sinangkih lulang,
gundur sada daling
Lampas tading melumang,
mlumbur menda perdalin.”
Je nari niumputina bicarana terdauhen: “Ndekah kalme aku mesikel
jumpa ras nande bapa, si enggo leben, I bas perdalinenku niari kerangen Rimba Raya enda. Kencana aku jumpa ras nipe sawa, ringkina, si ma mbera nelin aku, bagepe mburagas si la nggit aku ndube. Jadi bagemelah nini si meteh pate geluhku, bunuhme gelah aku genduari, olai nai kal olang-olangi. Maka lampas kal aku jumpa ras nande bapa,” nutup ranan anak sembiring mergana, iher erkesi-kesi.
Hio, mobar pusuh Datuk Rubia Gande, i bas menjingar campur merawa nari nehseh jadina ku kuah ate. Ambah turah ukurna ku ukur kepate.
Seh dungna pusuna leket ku melias ate dabuhna.
“Ridi dage aku lebe kempu, kundulken i das batu ena kentisik,” nina ninina. Enggo kenca Datuk Runia Gande ridi, iperidinape anak Sembiring mergana, si enggo mbiring – igusgusina. Dung kenca Sembiring mergana ridi, ipepayona retak tan kempuna. Mehuli……biak bangsa raja kepeken, jelmana mbestang popona janah merupa.
Mulih i tapin nari ras Datuk Rubia Gandeme ia ku rumah. I tengah dalin ercakap-cakap ia duana, nina Datuk Rubia Gande kempaksa: “ Ola kari atendu ceda ngidah bibindu i rumah, si Tulak Kelambir Gading. Eme anaku, gelah enggo ietehndu,” bageme bicarana alu manjar-ajar duana erdalin.
“Lang, nini, meriah nge ukurku,” jabab Sembiring mergana. Seh kenca i rumah erdakanme Tulak Kelambir Gading.
“Kuhi bengkaunta maka man anak Sembiring mergana,” nina Datuk Rubia Gande ngata anakna.
“Enggome tasak nakan ras adumna, pa, kataken temue ndai ku ru-mah,” nina Tulak Kelembir Gading.
“Ota, ku rumahken, adah bibindu i rumah,” nina Datuk Rubia Gan-de. E maka ku rumah anak Sembiring mergana. Man sada, dua ngkebabah, telu ngkebabah Sembiring mergana, kenca bage ielahkenna
“O, langnga sibarna kam besur, bapa, ngkai maka mintes (minter) kam elah tah lit nge si mesuindu,” nina bibina.
“Payonge langnga bibi…….labo kadengkupe mesui. Situhuna bibi, perbahan ndekahme aku la man. Adi rempet kubesuri tama pinakit kari man bangku. Eme dalanna maka la pang aku mesurisa. Adi labo mesui pepagi terbuaen aku man, nini anak Sembiring mergana. La nigejapna naktak iluhna erkiteken megogo atena. Desme bagi singonggar batang buruk.
“Ola kam ngandung, bapa. Kugape litnge jelma i das kendit si mbe-lang , i teruh langit meganjang, i lepar lawit si mangko-angko. Enggo gia mate bapandu, adah bapanta sirasken, adah nandenta sirasken, gelah ola kal kam tangis bagem teriiluh-iluh,” bageme nina Tulak Kelambir Gading, si pengayan-ngayanna i tualang si Mandeangin, si inganna i das gumban si mbe-lang. Ia me kap munuhisa kerina pawang si atena ngenangkih tualang.
“Enda pagi ola ia ibunuh,” nina Datuk Rubia Gande, anahna nga-jarkan tahpe medahi Sembiring mergana.
“Bahan denggo tandana benang arang jenari ambungken ku datas, janah buat pagi kambing mbentar. Lepasken manuk si cabur bintang, janah erpangir nguras engko pagi,” nina Tulak Kelambir Gading.
Kalimat inversi sebanyak 33 kalimat
Kalimat non inversi sebanyak 21 kalimat
Untuk menentukan subjek atau predikat hanya bayangan saja, tetapi pasti, karena subjek dan predikat bukan dari satu kata saja (frasa).
4.6.9 Kamus kecil untuk 3 naskah (Anak Perlajang Mentasi Kerangen Tua,
Sembiring Mergana erpetala-tala Ras Arimo, dan Perjumpaan Ras Da-
atuk Rubia Gandai)
adi = kalau
adina = andainya
adah = itu, menjurus pakai jari telunjuk
agakna = kiranya
aku = aku
alu = dengan
ambah = tambah
ambungken = dilempar dengan membuang ke atas
anakna = anaknya
andiko à jenis kata interjeksi
apai = mana
ayona = ayo = muka, ayona = mukanya
b
bage = begitu
bageme = begitulah
bagenda = begini
bahan = buat
banci = boleh
bangku = kepadaku
bangsa
bapa = bapa
bapanta = bapa -nta = bapa kita
batang = batang
begiken à begi = dengar, begiken = dengarkan
beliden (belinen) = besaran
bengkau = gulai
berneh = lembah
beru à laki-laki disebut merga (marga), perempuan disebut beru
besur = kenyang
beteh-betehen à ilmu tentang kekuatan
biak à keturunan
bibi à panggilan kepada saudara ibu atau saudara ayah
bibindu = bibimu, -ndu panggilan terhormat
bicara = andai
bites = betis
buah = buah
buat = ambil
bulung = daun
c
cabur bintang à maksudnya berbintik-bintik (warna) ayam
campur = campur
ciger = matahari berada di atas kepala
cimber = berasap
d
dagangan = kain putih
dah = cakapan à jenis kata partikel
daksina = selatan
daling = akar papan yang terdapat pada pangkal pohon, berbentuk papan
das = atas
datas = di atas
dalin/dalan = jalan
deher = dekat
dem = penuh
denga sinonimnya belum
depa = ukuran dari badan
Dibata = Tuhan
duana = berdua
dungna à dung = seleai, dungna = akhirnya
e
elah = selesai makan
em = itulah
enda = ini
endame = inilah
enggo = sudah, selesai
engko = engkau
erayo-ayo = pilih-pilih
erbapa = berbapa
ercah = menirukan bunyi kera hitam
ercakap = bercakap
ernubung = menirukan bunyi imbau
erdalin = berjalan
erkata = berkata
erkiak = menirukan bunyi kera
erkite-kite à kite-kite = titian, erkite-kite sinonimnya penyebab
erkesi-kesi = menangis tersedu-sedu
erkuasa = berkuasa
ernande = beribu
erngadi-ngadi = berhenti-henti
erngaur = meniruka suara harimau
erpangir à pangir ada jeruk, dauanan dan lain-lain ditaruh air, erpangir = berpangir
ersura-sura = hajatan
erengganggak = menirukan bunyi enggang
g
gajah = gajah
gambas = gambas atau petola
ganjang = tinggi
ganjangna = tingginya
gebuk = asap bakaran
gedang = panjang
gelah = agar
geluhku à geluh = hidup, geluhku = hidupku
gelut = sakit hati
getuk = cubit
getuken = cubitan
gumban à pada cabang kayu besar ada tempat berbuat sesuatu
gundur = labu yang berabu sesudah tua
hio à konjungsi antar kalimat
i
ia = ia
i-begi-na = di-dengar-nya
i-bunuh = di-bunuh
idah-na = lihat, tampaknya
i-dalin-ken-na = di-jalan-kan-nya
iher = sambil
iluh = iluh
i-nangkih = di-panjat
ingan-ku = tempat-ku
i-pan = di-makan
i-pancung = di-pancung
i-pedem-ken-na = di-tidur- kan-nya
i-pe-payo-na = di-prefiks pe-, payo = benar-nya
i-sapu-sapu-na = di-sapu-sapu-nya
ise = siapa
i-tading-ken = di-tinggal-kan
i-tatap-na = di-tatap-nya
i-teh-na = di-ketahu-nya
i-turi-ken = di-ceritera-kan
j
jabab-na = jawab-nya
janah = sambil
japa = dimana
janggutna = janggutnya
je = situ
jebab = gugup
jelma-na = jelma = orangnya
jeme = di situlah
jumpa = jumpa
je-nari = dari situ
jenda = di sini
jerleng = melihat dengan mata tajam
jerngem à sinonimnya seperti anjing menangkap ayam, memeluk dan meng-gigit
k
kabo à ka maksudnya juga, bo memperkuat kata
kade-ngku à kade sesungguhnya famili, tetapi pada kesempatan ini maksud-nya anggota tubuh, -ngku = tubuh-ku
kai = apa
kal = sangat
kahe = ke hilir
kam à panggilan kepada orang yang dihormati mungkin karena umur, orang-tua
kange = begitukah
kari = nanti
kata-ken = kata-kan
ke-biar-en à biar (mt), mbiar = takut, kebiaren = ditakuti
ke-lebih-en-mu à lebih = kebanyakan, kelebihenmu sinonimnya istimewamu
ke-manusia-nmu à istimewa kemunusiaannya
kempak-sa à kepadanya
kempu = cucu
kemuit = bergerak
kenca/kencana = sesudah
kendit = rata
kentisik (ntisik) = sebentar
kepate = iba
kepeken = rupanya
ke-pultak-en à pultak sinonimnya tembus, kepultaken à arah matahari ter-bit
kerangen = hutan
keri = habis
kerina = semuanya
kesahna = nafasnya
ke-sundut-en = matahari terbenum
kimawen/mawen = terkadang, kadang
kini-guru-n = ilmu yang dimiliki, dalam hal ini menjaga diri
kin = kan
ko = engkau, panggilan kepada orang lebih muda
kolu = ke hulu
ku = ke
ku-besur-i à besur = kenyang, kubesuri = kukenyangi
kugapape = bagaimnapun
ku-jerngem à lihat jerngem
kuhi à lengkapi, dalam hal ini sayur, kuh = lengkap
kulikap = sejenis kera berwarna hitam
kuliki = elang
kundul-ken à kundul = duduk, kundulken sinonimnya silakan duduk
kune = andainya
kunuken =
kuran = wadah/tempat air terbuat dari bambu sebanyak 2 atau 3 ruas
ku-telin à telin = telan
l
la = tidak. tak
labo = tidaklah
lampas = cepat
lang-kin = tidak-lah
langkah = langkah
langkah-na = langkah-nya
latih = capaek, lelah
lau = air, sungai
lebe = di depan
leben = lebih dahulu
lebih =
leket = lengket
lepar = seberang
lit = ada
lit-nge à kira-kira ada
lulang = pohon jarak
m
mada à si mada kerangen, yang berkuasa hutan, mada = punya
mabo à ma = tidak, mabo = tidaklah
madin = lebih baik
maka = maka
maler = meleleh, air mata meleleh
man à bacanya agak panjang à maan = makan
medak sinonimnya bangun dari tidur
manjar-anjar = perlahan-lahan
manuk = ayam
mangko-angko à air laut mangko-angko, bergerak beriak
manusia = manusia
mate = mati
mawen = kadang, kadang-kadang
m-belang à belang (mt) mbelang = luas/ lebar
m-belin à belin (mt), mbelin = besar, dewasa
mbera = bisa
m-bestang à bestang (mt), mbestang = kekar
m-biar à biar (mt), mbiar = takut
mburagas = jantan harimau
me = lah
meh = sakit kepala / puyeng
menda = lah ini
medah-i-sa à medah kata dasarnya pedah à nasehat, medahisa = menasehati
meder = hujang deras
medale = lemah-lunglai
megang = suara orang yang keras
me-ganjang à ganjang (mt), meganjang = tinggi
megi = orang mendengar
megogo = sedih
me-huli à huli (mt), mehuli = baik
mejingar = matanya memandang tajam
me-liar à liar (mt), meliar = matanya terbelalak
melias = berperasaan halus
melumang = yatim-piatu
melumbur =
menam = hampir
mentas = orang lewat
mentasi = melewati
merendeh = suaranya sayu
merawa à rawa (mt), merawa = garang,
mergana = marganya
merjat à kata dasarnya perjat, merjat = menginjak
merupa à sinonimnya wajahnya tampan
mesawang = angker à hutang itu mesawang
mesui à sui (mt), mesui = sakit
minter/mintes = langsung
mobar = mubazir
mombak = hanyut
muatna = ketika ia hendak
mulih = pulang
mulihken = silakan pulang
mungkuk = bungkuk
munuhsa = membunuhnya
n
nai à nari = dari
nakan = nasi
nande = ibu
nangkih = panjat
nari = dari
naktak = jatuh
natap à kata dasar tatap = melihat jauh
ndai = tadi
n-dauh à dauh (mt), ndauh = jauh
ndauhsa = terlalu jauh
n-deher à deher (mt), ndeher = dekat
nderkuh = menangis histeris
ndube = peristiwa masa lalu
nehseh à tanah yang digali, kemudian ada hujan, tanah itu disebut nehseh
nembeh àkata dasarnya tembeh, nembeh = ditegur, dimarahi
nerusken à diteruskan
ngadi = berhenti, istirahat
ng-alo-ken à alo = terima, ngaloken = menerima
ngandung = menangis tersedu
ngata à kata dasarnya kata, ngata = mengata
ngayan à burung pada sore hari bekumpul pada ranting pohon à tempat burung itu bertengger berulang-ulang disebut ngayan, ingan perik er-ngayan
nge = menguatkan arti kata mendahuluinya
ngenca = hanya
ngerana = berbicara
nggecih = kayu susu
nggeltusna = jantan badak
nggirgir = gemetar
ngia à
ngkai = mengapa
ngonggar = bongkar
ngke-babah à babah = mulut, ngkebabah = sekali masuk musuk
niar à siar, niar = menjelajah
ni(i)eteh à eteh = tahu, ieteh = diketahu
ni(i)gejap à gejap = rasa, igejap = dirasa
ni(i)keleweti à kelewet = keliling, ikeleweti = dikelilingi
nilah = menghindar
ni(i)pan = dimakan
nina = katanya
nindu = katamu à -mu untuk sopan dipakai –ndu, à nindu
ningen = kata
kata menurut penulis adalah kata baru bagi bahasa Karo, karena (nina, nindu, ninta = kata kita, dan ningen) kurang praktis maka kata kata diserap pada bahasa Karo.
nini à nini tudung = nenek perempuan, nini bulang = nenek laki-laki
nipe = ular
ni(i)ulam = diulam
njerngem = memeluk dan menggigit, umpamanya anjing njerngem burung
ni- = prefiks i-, tetapi ni- dipakai mungkin dalam bahasa sastra, dalam bahasa sehari-hari tidak mungkin terdengar lagi, perlu diketahui bahwa pengarang ceritera Pawang Ternalem adalah R. Bukit.
o
o à jenis kata interjeksi
ola/ula = jangan
ope/sope = sebelum
ota = kata mengajak, ayo
p
pagi = esok hari
pagi-pagi = pagi (hari)
pala à sinonimnya mungkin, barangkali
pala-pala (mt), palapala+na à pala-palana = jangan tanggung-tanggung
palar-en à palar (mt), palaren à asal tidak kelaparan
pan (mt) à i-pan à ipan = dimakan
pang = berani, panglima = lima orangpun berani ditantangnya
pantek = tegak lurus, matahari tegak lurus di atas kepala
pate à penjelmaan dari kata mate (mati), pate-geluhku = hidup-matiku
pe = pun, juga
penah/pernah = pernah
pengayan-ngayanena à tempat ngayan (lihat ngayan)
pepagi = nanti, akan datang
pepagina = kesokan harinya
perana à anak perana = anak muda
perbahanen (perban) à per-bahan, bahan = bikin/buat, perbahan = perbuatan
perdalin à per-dalan/dalin, dalin = jalan, perdalinen = perjalanannya
perlajang àlajang (mt) = perlajang = perantau
petala-tala à seharusnya er-petala-tala = berhadapan
petua-tuaken à pe – tua, petua-tuakan = arogan
pinakit = penyakit
popona à popo-na, popo = raut wajah, popona = wajahnya
pusuhna à pusuh sesungguhnya jantung, dalam hal ceritera ini pusuh mak-sudnya sakit hati
r
rango = jantan rusa
ras = bersama, ras kita = bersama kita
reh = dating
rempet = tiba-tiba
rembang = bertepatan
r-ende à ende = nyanyian, renda = bernyanyi
retak = suratan tangan
ridi = mandi
ringki = ular jantan
rubia – rubia = hewan-hewan hutan
r-ukur à ukur = pikian, rukur = berpikir
s
sabab = sebab
sada = satu
salu/alu = dengan, ia menutup muka dengan dua tangan
sambar = tukar, ganti, berubah
sanga = sedang, waktu
sawa à nipe = ular sawa, ular batik
sawit = taring, dalam hal ini taring babi hutan
seh = sampai
sehken = sampaikan
sekalak à kalak = orang, sekalak = seorang
sekali = sekali
sekali enda = sekali ini
senda = hari ini, saat ini
sengget = terkejut
si à mana suka (boleh menjadi artikel, boleh menjadi partikel, menjadi interjeksi, dan boleh menjadi se-
sibar = ukur, waktu à sibarme kuakap enggo she
sibarna = sinonimnya waktunya
sikel = ingin
sikerajanganku à siker-ajang-an-ku =bahagian ku
simbisa = orang disegani/ditakuti
sirang = berpisah, bercerai
si-ras-ken = kiat bersama
si-tuhu-na à tuhu =benar, situhuna = sebenarnya
sora = suara, bunyi
suksuk = jongkok
sura (mt) à sura-surangku = keinginanku, cita-citaku
t
tading = tinggal
tah = entah
tama = taruh
tampil = maju, maju ke depan/ masuk nominasi
tanda = tanda
tandai = dikenali
tangis = menanmgis
tangkel sinonimnya menempel, lengket
tapin = tempat mandi, pemandian
tasak = masak, matang
teka à arti sesungguhnya mencangkul sawah, tetapi teka-teka = mudah-mudahan
tempa-tempa (tempa) = seolah
temuai = tamu
teralang = tanggung
terbuen à ter-bue-en, bue (mt), mbue = banyak
terdauhen à ter-dauh-en, dauh (mt), terdauhen = lebih jauh
teriluh à ter-iluh, iluh = air mata, teriluh = mengeluarkan air mata
terkuit à ter-kuit à kuit = sentuh, terkuit = tersentuh
teruh = bawah
tetap = tetap
tole = lagi
tua-tua = para orang tua
tualang à pohon yang sangat tinggi, biasanya terdapat di hutan belantara
tulak = tolak
turi à turi-turin = ceritera
u
uari-na (wari-na) = hari-nya
uili (wili) = babi hutan
uo à jenis burung
w
wangkah à babi jantan hutan
4.7 Kalimat Majemuk
4.7.1 Kalimat Majemuk Setara
Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan klausa? Pemaha-man klausa dalam kalimat majemuk sangat penting. Tanpa memahami klausa
pasti Anda sulit mengerti apa yang dimakasud dengan kalimat majemuk. Oleh karena itu, lagi-lagi pengetahuan klausa dijelaskan, berikut ini penjelasannya.
Yang dimaksud dengan klausa adalah sederetan kata-kata yang di dalamnya terdapat satu subjek dan satu predikat, deretan kata-kata itu ber-peluang untuk dijadikan kalimat tunggal, contoh:
- Rudi pergi ke kios dan Ina ikut juga.
a b
Pada deretan (a) Rudi sebagai subjek, dan pergi sebagai predikat, pa-da deretan (b) Ina sebagai subjek, dan ikut sebagai predikat. Dari contoh itu dapat diketahui bahwa dari deretan (a) Rudi adalah subjek, dan pergi adalah predikat. Demikian pula pada deretan (b), Ina adalah subjek, dan ikut adalah predikat. Dengan demikian, Rudi pergi ke kios merupakan satu klausa, dan Ina ikut juga, juga merupakan satu klausa.
Seperti apa telah disinggung bahwa klausa berpeluang membentuk kalimat tunggal, maka pada deretan (a) jika diakhiri dengan tanda titik (.)à Rudi pergi ke kios (.) jadilah kalimat tunggal, dan itulah yang disebut satu klausa. Apabila dalam deretan kata-kata lebih dari dua klausa disebut kalimat majemuk. Kalimat yang mengandung dua klausa atau lebih, klausa-klausa itu dihubungkan oleh konjungsi, seperti konjungsi kordinatif à dan, tetapi, atau sehingga membentuk kalimat majemuk setara, contoh-contohnya:
- Pengurus Darma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi-
kan penghuninya hadiah.
- Ada perempuan menumbuk padi dan ada pula perempuan menampi beras,
tetapi suami-suami mereka asyik membahas permainan catur.
- Anda harus meminjam uang dari Bank atau menjual rumah untuk mem-
peroleh uang tunai.
- Ka Des itu tidak merokok dan Pak Kades tidak mau melihat rokok ada di
meja dan tidak mengizinkan stafnya merokok di kantor.
Coba cari berapa klausa tiap-tiap kalimat di atas.
kalimat (1)……..klausa kalimat (2) …….klausa
kalimat (3) …….klausa kalimat (4) ……. klausa
Pernah seorang siswa bertanya, “Ketika saya membuat makalah, dalam kalimat yang saya buat terdapat tiga dan (maksudnya konjungsi) de-ngan adanya tiga dan itu, rasa-rasanya kalimat itu tidak enak didengar, bagai-mana caranya supaya enak didengar?
Jawab:
Dalam kalimat majemuk setara, pada klausa kedua, konjungsi boleh dilesapkan, lalu sebelum konjungsi (dan) itu dibubuhi tada koma (,), dan konjungsi dan berikut dilesapkan, kecuali konjungsi (dan) terakhir. Contoh diambil dan diperbaiki dari kalimat (4) itu à KaDes itu tidak mau merokok, KaDes tidak mau melihat rokok ada di meja dan tidak mengizinkan stafnya merokok di kantor. Dari kalimat (4) yang telah dirubah itu dapat terlihat bah-wa konjungsi dan tinggal satu. Agar kalimat itu merupakan satu rangkaian perlu dibubuhi tanda koma (,), dan konjungsi dan terakhir tetap disertakan, Contoh berikutnya dari (kalimat 2) : à Ada perempuan menumbuk padi, dan ada pula menampi beras, tetapi suami-suami mereka asyik membicarakan permainan catur.
4.7. 2 Kalimat Majemuk Setara Bahasa Karo
Adapun kalimat majemuk setara dalam bahasa Karo, konjungsinya adalah: janah, bagepe, tapina, tahpe, contoh kalimatnya:
- Singuda-nguda nutu page janah nande-nande miarisa, tapina bapa-bapana
ncakapken kalak si kalah ersatur. terjemahan à singuda-nguda = anak
muda perempuan, nutu = menumbuk, page = padi, janah = dan, nande-
nande = ibu-ibu, miarisa = menampinya, tapina = tetapi, bapa-bapana à
bapa-bapanya, ncakapken = membicarakan, kalak = orang, si = yang, kalah
= kalah, ersatur = bercatur
- Biaya perempo anakndu ei minjam sen atendu tahpe atendu ndayaken ju-
mandu. terjemahan à perempo à per-empo = per-kawinan, anak-ndu à
-ndu = -mu, tetapi -mu tidak pantas diucapkan oleh orang labih muda ke-
pada lebih tua, apalagi kepada orangtua, ei (e) = itu, minjam à pinjam à
setelah mendapat m- à meminjam, sen = uang, atendu à ate + ndu à hati
mu, tahpe = ataupun, atendu ndayaken = n-daya-ken à daya = jual, nda-
yaken = menjualkan, jumandu à juma = ladang/kebun, ndu
- Perpulungen Sembiring mergana ndahi Panti Asuhen anak terlantar janah
mereiken sumbangen man Panti Asuhen e. à per-pulung-en à pulung =
kumpul, perpulungen = perkumpulan, n-dahi à dahi = datangi, n- à
prefiks à = men-, janah = dan, mereiken à m-erei-ken, erei maksudnya,
berei, mereiken = memberikan
4.7.3 Kalimat Majemuk Bertingkat
Adapun kalimat majemuk bertingkat konjungsinya adalah: sebelum, walaupun, karena, selama, dan di bawah ini contoh-contoh kalimatnya.
- Kita tidak boleh berbicara sebelum pimpinan kita memberi kesempatan.
- Pedagang itu harus membayar retribusi walaupun barang dagangannya
belum laku.
- Cabup Tanah Karo menyatakan kebanngaannya karena ternyata pemilih-
nya lebih 500 ribu suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang.
- Para mahasiswa Tanah Karo pantang menyerah selama hayat di kandung
badan.
Ada yang bertanya, bagaimana yang dimaksud dengan kalimat maje-muk setara?
Jawab:
Perhatikan kalimat ini à Kesebelasan kami menang di Perbaungan. Pada kata kami itu disematkan kata-kata yang dipimpin Budi, sehingga kali-mat itu menjadi:
Kesebelasan kami yang dipimpin Budi menang di Perbaungan. Kata-kata yang disematkan à yang dipimpin Budi merupakan anak kalimat, se-dangkan klausa utama adalah à Kesebelasan kami menang di Perbaungan. Klausa utama dengan klausa sematan/anak kalimat, bila diamati bahwa klausa yang dipimpin Budi merupakan bagian dari klausa utama, sehingga klausa-klausa itu membentuk kalimat majemuk bertingkat, sedangkan pada kalimat majemuk setara klausa satu bukan dari bagian yang lain; klausa-klausa majemuk setara mempunyai kedudukan yang sama. Coba amati klau-sa-klausa kalimat-kalimat majemuk setara yang lalu (kalimat 1, 2, 3 dan 4).
Kalimat majemuk bertingkat boleh dirubah dengan anak kalimat mendahului induk kalimat dengan cara, didahului dengan konjungsi dan diberi tanda koma, lihat kalimat-kalimat di bawah ini.
- Sebelum atasan kita mengambil keputusan, kita jangan bertindak.
- Walaupun dagangannya belum laku, pedagang itu harus membayar retribu-
si.
- Selama hayat masih dikandung badan, para mahasiswa itu pantang menye-
rah.
- Setelah suara itu dihitung ulang, Cabup Tanah Karo menyatakan kebang-
gaanya karena ternyata pemilihnya lebih 500 ribu suara pemilih.
Kalimat majemuk bertingkat bahasa Karo
Kalimat majemuk bertingkat pada bahasa Karo, konjungsinya ada-lah: sope, ribagia, erkiteken, dan adikin.
- Kita la banci ngerana sope pimpinannta mereiken waktu.
- Pedagang kios mereiken retribusi leben ribagia langa laku barangnta.
- Cabup Tanah Karo meriahkal ukurna erkiteken 500 ribu kalak si milih ia.
- Mahasiswa Tanah Karo pantang menyerah adikin lit denga kesah.
Anak kalimat mendahului induk kalimat,
- Sope pimpinanta mereiken waktu man banta, kita la banci ngerana. à sope
= sebelum, pimpinanta à pimpin-nta = pimpinan (nta) kita, mereiken à
merei-ken à memberi-kan, waktu, man = kepada, banta à kepada kita,
kita, la = tidak, banci = boleh, ngerana = berbicara.
- Ribagia langa laku barangta, bancinge kita mereiken retribusi leben.
àribagia = walaupun, langa = belum, laku, barang-nta = barang kita,
bancinge = boleh saja , kita, merei-ken = memberi-kan, retribusi, leben =
lebih dahulu
Menurut kebiasaan orang Karo, tidak biasa mengucapkan barangku, walaupun barang itu miliknya sendiri, tetapi menyebutnya barangnta.
- Erkiteken 500 ribu kalak si milih ia, cabup Tanah Karo mereiah ukurna. à
er-kite-ken à er- = ber-, kite = titian, -kan = -kan, kalak = orang, si = yang
milih = memilih, ia = ia/dia, meriah = senang/bahagia, ukur-na = pikiran
- Adikin lit denga kesah, mahasiswa Tanah Karo pantang menyerah. àadikin
= kalaulah, lit = ada, denga = lagi, kesah = nyawa, pantang = pantang, me-
nyerah
4.7.4 Lampiran Lagu Karo
REFERENSI
Anton M. Moeliona, et. al, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Dep. P dan K, Jakarta, 1988
P. Tamboen, Balai Pustka, Djakarta,1952
G. Tarigan
Lahir 16 Agustus 1940
di Rumah Galuh, Biru-biru, Sumatera Utara
Pengalaman Kerja
1 Agustus 1960 diangkat mejadi guru SD Neg. Bangun Mulia di
Km. 11, Tanjung Morawa, Medan
1 Mei 1966 ditugaskan ke Irian Jaya, Pegunungan Tengah, Jayawi-
jaya
20 Juni 1966 mulai bekerja pada SD YPPGI Kelila, Jayawijaya
1 Juni 1971 Staf Dinas P dan K Prop. Irian Jaya
1 Agustus 1972 Kepala Seksi Bangunan Tanah di Dinas P dan K
1 Juli 1975 Kepala Seksi Pengolahan Ceritera Rakyat dan Adat-Istiadat
1 April 1988 Kepala Seksi Perbukuan Luar Sekolah Dinas P dan K Prop
Irian Jaya merangkap Kep. Perpustakaan